Aku dan Fisika
dokumen pribadi |
Namun,
takdir berkata lain. Sekarang, aku tidak lagi bergulat dengan Fisika. Aku sedikit
kecewa, tetapi tidak apa-apa. Mengingat Fisika adalah mata pelajaran yang telah
membesarkanku, aku tidak akan pernah melupakannya seperti halnya kacang yang
tidak lupa dengan kulitnya.
Buku hijau
tersebut kembali mengingatkanku pada hari di mana aku pertama kali berjumpa
dengan Fisika. Yap, waktu kelas 7.
Apabila mengingatnya
kembali, aku akan tertawa karena kepolosanku sendiri. Namanya juga anak kecil,
dulu belum tahu apa itu Fisika dana pa itu Biologi. Aku hanya tau mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Yeah, hanya mata pelajaran IPA. Dan! Menengok
di MTs kalau IPA dibagi menjadi dua, membuatku bingung tujuh galaksi. Apa beda
dari Fisika dan Biologi? Aku tidak tahu waktu itu.
Mungkin aku
bisa menceritakan sedikit ketika para siswa baru ini disuruh untuk memilih
kelas olimpiade sesuai bidang masing-masing. Ternyata di dalamnya termasuk memilih
antara Fisika dan Biologi! Oh, Man. Aku bingung memilihnya. Waktu sekolah
dasar, dulu aku ikut lomba mata pelajaran IPA. Pikirku, aku akan meneruskannya
di masa MTs ini. Dengan begitu, secara otomatis aku tidak akan masuk kelas
olimpiade matematika.
Kebingunganku
bertahan sampai hampir satu malam. Aku terus memikirkan kedua cabang IPA
tersebut. Masuk kelas Biologi atau Fisika? Entahlah.
Pada
akhirnya, aku justru memilih kelas olimpiade Fisika, wkwk. Kocak sih, cuma
modal nekat asal pilih. Eh, tidak juga. Ternyata, aku mempertimbangkan namanya juga
yang terdengar lebih keren ketimbang Biologi. Fisika terdengar lebih maskulin
dan super badass.
Setelah beberapa
minggu mengikuti kelas fisika, aku tidak menyesalinya. Ternyata nyaman, Woi! Gila
sih, aku lebih senang membuat imajinasi tentang benda mati yang jatuh,
bergerak, gaya, besaran, pengukuran dari pada membuat imajinasi tentang kondisi
makhluk hidup seperti anatominya, hubungan antar makhluk hidupnya, dan
ciri-ciri makhluk hidup lainnya.
Eh, bukan
berarti aku tidak suka Biologi. Wkwk.
Biologi memang
seru, aku juga bisa legowo untuk mempelajarinya. Bahkan, aku pernah membaca
buku anatomi berkaitan dengan sistem peredaran darah sewaktu aku masih sekolah
dasar. Dan herannya, kenapa aku masih ingat isi bacaan beberapa tahun silam itu!?
Mungkin, waktu kecil aku penasaran dan akhirnya memutuskan untuk membaca. Karena
rasa penasaran itu, aku masih bisa mengingatnya.
Hal tersebut
aku sadari ketika aku tidak memperhatikan guru Biologiku yang sedang menerangkan
Bab sistem peredaaran darah. Seingatku, konsentrasiku terpusat pada bacaan
koran berisi sinopsis anime Koutetsojou no Kabaneri, ahaha. Kemudian, aku
kepergok sedang membaca koran dan diberi hukuman untuk menjelaskan apa yang
tadi sudah dijelaskan. Hmmm, bisa-bisanya aku menjelaskannya dengan lancar
tanpa ada halangan suatu apapun padahal tidak memperhatikan. Akhirnya aku
dilepas karena walau tidak memperhatikan, aku sudah memahaminya. Wow! Kekepoanku
di masa lampau ternyata bisa menyelamatkanku di masa depan.
Yeah,
Biologi hanya remah-remah peyek, kecil! (pikirku waktu itu, di kemudian hari
aku menyesal pernah menyebutnya remahan peyek karena susah banget, huhu. Banyak
hapalannya)
Itu sepenggal
kisahku bersama Biologi.
Akan tetapi, kisahku bersama Fisika lebih seru lagi. Pokoknya, di mana ada aku, di situ ada Fisika. Sampai segitunya hubunganku dengan Fisika. Aku mulai membangun reputasiku di sekolah dengan membuat personal branding berupa “Cah Fisika”. Lomba demi lomba aku ikuti hingga aku sendiri lupa berapa jumlah lomba Fisika yang pernah aku ikuti, saking banyaknya.
Namanya manusia, ada kekalahan dan kemenangan yang
aku alami. Wajar, aku tidak berputus asa. Hingga pencapaian tertinggi adalah
menjadi juara dua provinsi di jenjang MTs, Wkwkw. Mau sombong tapi ga bisa
karena hanya sebuah keberuntungan dan pemberian Gusti. Aku tidak menyangkanya
dan seperti, wow ternyata aku bisa sampai sini. Mengharumkan nama sekolah dan
nama diriku sendiri.
Setelah pencapaian
itu, aku semakin percaya diri dan semakin dekat dengan Fisika. Bahkan ada kakak
kelas yang minta bantuanku mengerjakan soal latihannya. Yeah, gampang! Soal yang
biasa kukerjakan levelnya kadang lebih sulit dari itu. Aku membantunya. Namun,
akhir-akhir ini, aku berpikir itu bukanlah suatu kebanggaan karena kakak kelas
itu kemungkinan besar hanya memanfaatkanku. Tapi tidak apa, setidaknya aku
sudah berbuat baik.
Personal branding
tersebut aku teruskan sewaktu SMA. “Cah Fisika” akan kuusahakan untuk terus
menempel pada jiwa dan ragaku. Hingga pencapaian tertinggi di SMA adalah
menjadi juara satu di tingkat kabupaten. Aku sedikit kecewa karena menurun dari
provinsi dan sekarang hanya kabupaten. Namun, aku tidak memedulikannya dan
tetap bersyukur karena kata Fisika masih melekat pada diriku. Hanya itu yang
aku inginkan.
Baik,
Kawan. Mungkin dari sebagian banyak siswa menganggap Fisika adalah momok
mematikan nan menyeramkan karena saking sulitnya. Namun, kenapa aku tetap
mempertahankan kesukaanku kepadanya? Kan, terlihat aneh, atau sedikit berbeda
dari siswa lainnya.
Oke, aku
akan menjelaskannya. Ini sebenarnya sangat menjijikkan dan aku sangat sebal
mengetahuinya. Jadi, aku tidak mempunyai bakat apapun. Olahraga, seni, aku
tidak punya keahlian itu semua. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya kenapa
aku kesulitan untuk mengembangkan kemampuan olahraga dan seni. Serta, aku belum
menemukan jawabannya. Menyebalkan.
Akhirnya,
kutemukanlah Fisika yang bisa mengisi kekosonganku tersebut. Aku senang, aku
bisa, aku menikmati, aku tidak marah ketika tidak paham pelajarannya, dan aku
merasa jiwaku ada di sana.
Akan tetapi,
semakin lama aku merasa jika Fisika saja tidak cukup untuk bertahan hidup di
dunia ini. Aku perlu kemampuan lain yang bisa mendukungku terus eksis di dunia.
Dan aku pun mencoba hal-hal baru yang barangkali aku suka dan akan berguna
suatu saat nanti.
Haha, aku
telah besar bersama Fisika. Namun, sekarang aku seperti dijauhkan darinya,
dijauhkan dari sahabat karibku sendiri. Melihat buku hijau itu, aku jadi ingin
membukanya sekali lagi dan mengingat memori lama yang telah kita lalui bersama.
Menjelajahi ruang dan waktu dalam kinematika, dinamika, statika, kelistrikan
dan magnet, besaran dan satuannya, dan lain sebagainya. Aku tidak akan menjadi
kacang yang lupa kulitnya.
Inti celoteh
ini…. Apa ya? Aku tidak tahu. Hanya ingin menulis lagi setelah menyelesaikan
6,25% perjalanan dunia perkuliahan yang ditandai dengan usainya ujian tengah
semester.
Thanks,
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!