Nomor Rekening Baru

suasana depan bank waktu masih tutup
sumber: dokumen pribadi

Aku baru saja membuka nomor rekening baru. Kebetulan, disuruh ibuku untuk membuka rekening di Bank BNI. Katanya agar tidak dikenai biaya admin ketika nanti ibuku mengirim uang kepadaku. Sama-sama Bank BNI alasannya. Aku sebenarnya belum ingin membuat rekening bank, tetapi karena kebijakan bantuan kuota dari kampus yang memaksa, aku langsung membuatnya. Awalnya, bantuan kuota selain provider Telkomsel, tinggal diinjeksi kuotanya setiap bulan. Entah kenapa sekarang jadi ikut-ikutan dengan provider Telkomsel semua. Mereka menyebutnya reimburs kuota. Yaitu, bantuan yang diberikan dalam bentuk uang supaya dibelikan kuota oleh masing-masing mahasiswa. Dan bantuan uang itu dikirimkan ke nomor rekening mahasiswa atas nama mahasiswa pribadi itu sendiri, bukan atas nama orang lain seperti atas nama: ibu, bapak, kakak, adik, saudara, dan sebagainya. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membuka nomor rekening baru atas namaku sendiri.

Aku pergi ke bank sehari setelah pengumuman pergantian sistem bantuan kuota diumumkan oleh ketua kelas. Tepatnya pukul tujuh pagi. Ternyata aku datang kepagian, bank baru buka pukul delapan pagi. Lalu, aku menunggu di emperan bank seperti gelandangan yang duduk di emperan toko. Di sana, ada satpam dan beberapa nasabah yang bernasib sama sepertiku—datang kepagian. Aku datang paling awal sehingga aku mendapatkan nomor antrian 01.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Satpam mulai membuka pintu dan memanggil nomor antrian satu persatu. Aku berdiri dan masuk ke dalam. Berhenti di depan satpam dan dia mulai mengeluarkan pistol suhunya. Bukan di tembakkan ke kepalaku, melainkan ditembakkan ke punggung tanganku.

Lalu aku ditanyai olehnya kurang lebih seperti ini, “Ada urusan apa, Kak/Mas/Pak/Dik?” aku lupa satpam itu memanggilku dengan sebutan apa.

Terus kujawab dengan cukup jelas, “Saya mau buka rekening, Pak.”

Dia bertanya lagi, “Untuk tujuan apa, ya? Kalau boleh tahu.”

Aku kebingungan menjawabnya. Tujuanku membuat rekening adalah supaya dapat bantuan kuota dari kampus. Apakah aku akan jujur kepadanya dengan berkata bahwa aku membuka rekening supaya dapat bantuan kuota dari kampus? Namun, aku cukup malu mengakuinya. Itu tujuan yang kurang bagus didengar. Beberapa detik aku telah terdiam kebingungan.

Spontan, satpam itu langsung bertanya lagi, “Untuk simpanan pribadi?”

Nah, itu tujuan yang tepat! Terima kasih, Pak Satpam. Anda telah membantuku mencari jawaban atas pertanyaan Anda sendiri. Langsung saja aku menimpalinya, “Ya, benar. Untuk simpanan pribadi.”

“Baik, sebagai persyaratan, apakah sudah membawa ktp, uang minimal Rp.250.000, dan pulsa setidaknya terisi Rp.5.000?” tanyanya. Aku mengangguk dengan mantab. “Silakan duduk, mohon ditunggu sebentar. Nanti akan ada panggilan,” kata satpam itu lagi.

Kemudian, aku mencari tempat duduk untuk menunggu.

Tak lama setelah itu, aku aku dipanggil sesuai nomor yang ada di kartu antrianku. Aku mendengarnya dengan jelas. Namun, masalahnya adalah aku tidak tahu harus menuju ke pegawai yang mana. Karena bingung, aku asal menghampiri meja teller. Ya, sesuai perkiraanku. Itu bukan tempat nasabah untuk membuka rekening. Aku keliru dan diarahkan ke meja satunya lagi. Ibu pegawainya sudah menungguku dari tadi.

Oke, aku mulai dimintai ktp dan ditanya-tanyai tentang identitasku. Aku juga disuruh memilih untuk menggunakan Taplus atau Taplus muda. Setahuku, itu adalah jenis tabungan di Bank BNI yang membedakan antara nasabah usia tua dan nasabah usia muda. Tentunya, fasilitas yang diberikan di dalamnya juga berbeda.

Singkatnya, Taplus muda untuk nasabah yang berusia kurang dari 35 tahun. Nasabah tidak diberi buku tabungan dan biaya administrasi setiap bulannya hanya Rp.5.000. Biasanya, kalangan mahasiswa memilih jenis tabungan ini karena biaya administrasi yang lebih kecil dari biaya administrasi Taplus. Sementara itu, Taplus dibolehkan untuk segala usia, muda maupun tua. Nasabah diberi buku tabungan dan biaya administrasi Rp.16.000. Namun, ketika aku bertanya pada ibuku, biaya administrasinya bukan Rp.16.000, tetapi Rp.10.000. Aku belum tahu mana yang benar. Asumsikan saja yang benar adalah penjelasan dari ibu pegawai banknya. Jadi, biaya administrasi setiap bulan untuk Taplus adalah Rp.16.000.

Awalnya, aku kebingungan antara memilih Taplus atau Taplus muda. Hampir saja aku memilih Taplus, untungnya aku berubah pikiran dan ganti memilih Taplus muda. Aku bertanya pada ibu pegawai itu, “Misalkan nanti milih Taplus muda, apakah bisa diubah lagi menjadi Taplus?”

Ibunya menjawab, “Bisa, taruhlah sebelum usia 35 tahun, Adik sudah bekerja dan disuruh untuk berganti ke Taplus. Maka, nanti tabungan Taplus muda milik Adik bisa diganti dengan Taplus.”

Oke, aku memilih Taplus muda.

Selain itu, aku juga dihimbau untuk memasang aplikasi BNI Mobile Banking. Di aplikasi itulah nantinya aku bisa melihat saldo tabunganku dan melakukan berbagai transaksi seperti: transfer uang, top up e-wallet—btw, aku pakai DANA—dan sebagainya.

Setelah proses yang cukup panjang, aku akhirnya mendapatkan nomor rekening bank pertamaku beserta kartu ATM-nya. Aku dihimbau oleh ibu pegawai bank itu supaya tidak lupa dengan berbagai sandi yang sudah aku buat. Aku mengangguk dan lekas beranjak dari tempat duduk. Nomor antrian setelahku sudah dipanggil. Aku berterima kasih kepada ibu pegawai bank tersebut karena telah membantuku. Aku berjalan melewati satpam yang menanyaiku tadi dan juga mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah mengecek suhu tubuhku dengan pistol suhu yang dipegangnya.

Aku keluar gedung. Tak lama setelah itu, aku tiba di parkiran sepeda motor dan menghidupkan mesin motornya. Aku pulang dengan rasa biasa saja. Tidak senang-senang banget, juga tidak sedih-sedih banget. Hanya saja, aku cukup menyesal telah keliru memilih tempat untuk buka rekening tadi. Tidak apa-apa, namanya juga baru pengalaman pertama kali. Besok-besok, semoga aku tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun begitu, aku juga senang karena desain kartu ATM-nya lumayan keren. Aku menyukainya. Ingin sekali rasanya mengetahui siapa orang yang ada dibalik desain kartu tersebut dan mengucap beribu pujian kepadanya.

desain kartu ATM
sumber: dokumen pribadi

Aku sekarang sudah punya nomor rekening sendiri dan sudah menyetorkan nomor rekeningku juga kepada kampus. Semoga nanti dapat reimburs kuota dengan lancar. Nasib anak yang rumahnya tidak bisa dipasang Wifi, ya hanya berharap bantuan kuota dari kampus, lah.

Oke, itu pengalamanku ketika membuka nomor rekening pribadi. Buat kalian yang belum punya nomor rekening pribadi, tidak perlu khawatir. Buka rekening mudah, kok!

Komentar

Baca Juga