Nomor Rekening Baru
suasana depan bank waktu masih tutup sumber: dokumen pribadi |
Aku pergi ke bank sehari setelah pengumuman pergantian sistem
bantuan kuota diumumkan oleh ketua kelas. Tepatnya pukul tujuh pagi. Ternyata aku
datang kepagian, bank baru buka pukul delapan pagi. Lalu, aku menunggu di
emperan bank seperti gelandangan yang duduk di emperan toko. Di sana, ada satpam
dan beberapa nasabah yang bernasib sama sepertiku—datang kepagian. Aku datang
paling awal sehingga aku mendapatkan nomor antrian 01.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Satpam mulai membuka
pintu dan memanggil nomor antrian satu persatu. Aku berdiri dan masuk ke dalam.
Berhenti di depan satpam dan dia mulai mengeluarkan pistol suhunya. Bukan di
tembakkan ke kepalaku, melainkan ditembakkan ke punggung tanganku.
Lalu aku ditanyai olehnya kurang lebih seperti ini, “Ada urusan
apa, Kak/Mas/Pak/Dik?” aku lupa satpam itu memanggilku dengan sebutan apa.
Terus kujawab dengan cukup jelas, “Saya mau buka rekening,
Pak.”
Dia bertanya lagi, “Untuk tujuan apa, ya? Kalau boleh tahu.”
Aku kebingungan menjawabnya. Tujuanku membuat rekening adalah
supaya dapat bantuan kuota dari kampus. Apakah aku akan jujur kepadanya dengan
berkata bahwa aku membuka rekening supaya dapat bantuan kuota dari kampus? Namun,
aku cukup malu mengakuinya. Itu tujuan yang kurang bagus didengar. Beberapa
detik aku telah terdiam kebingungan.
Spontan, satpam itu langsung bertanya lagi, “Untuk simpanan
pribadi?”
Nah, itu tujuan yang tepat! Terima kasih, Pak Satpam. Anda telah
membantuku mencari jawaban atas pertanyaan Anda sendiri. Langsung saja aku menimpalinya,
“Ya, benar. Untuk simpanan pribadi.”
“Baik, sebagai persyaratan, apakah sudah membawa ktp, uang
minimal Rp.250.000, dan pulsa setidaknya terisi Rp.5.000?” tanyanya. Aku mengangguk
dengan mantab. “Silakan duduk, mohon ditunggu sebentar. Nanti akan ada panggilan,”
kata satpam itu lagi.
Kemudian, aku mencari tempat duduk untuk menunggu.
Tak lama setelah itu, aku aku dipanggil sesuai nomor yang
ada di kartu antrianku. Aku mendengarnya dengan jelas. Namun, masalahnya adalah
aku tidak tahu harus menuju ke pegawai yang mana. Karena bingung, aku asal menghampiri
meja teller. Ya, sesuai perkiraanku. Itu bukan tempat nasabah untuk membuka
rekening. Aku keliru dan diarahkan ke meja satunya lagi. Ibu pegawainya sudah
menungguku dari tadi.
Oke, aku mulai dimintai ktp dan ditanya-tanyai tentang identitasku.
Aku juga disuruh memilih untuk menggunakan Taplus atau Taplus muda. Setahuku,
itu adalah jenis tabungan di Bank BNI yang membedakan antara nasabah usia tua
dan nasabah usia muda. Tentunya, fasilitas yang diberikan di dalamnya juga
berbeda.
Singkatnya, Taplus muda untuk nasabah yang berusia kurang
dari 35 tahun. Nasabah tidak diberi buku tabungan dan biaya administrasi setiap
bulannya hanya Rp.5.000. Biasanya, kalangan mahasiswa memilih jenis tabungan
ini karena biaya administrasi yang lebih kecil dari biaya administrasi Taplus. Sementara
itu, Taplus dibolehkan untuk segala usia, muda maupun tua. Nasabah diberi buku
tabungan dan biaya administrasi Rp.16.000. Namun, ketika aku bertanya pada
ibuku, biaya administrasinya bukan Rp.16.000, tetapi Rp.10.000. Aku belum tahu mana
yang benar. Asumsikan saja yang benar adalah penjelasan dari ibu pegawai
banknya. Jadi, biaya administrasi setiap bulan untuk Taplus adalah Rp.16.000.
Awalnya, aku kebingungan antara memilih Taplus atau Taplus
muda. Hampir saja aku memilih Taplus, untungnya aku berubah pikiran dan ganti
memilih Taplus muda. Aku bertanya pada ibu pegawai itu, “Misalkan nanti milih
Taplus muda, apakah bisa diubah lagi menjadi Taplus?”
Ibunya menjawab, “Bisa, taruhlah sebelum usia 35 tahun, Adik
sudah bekerja dan disuruh untuk berganti ke Taplus. Maka, nanti tabungan Taplus
muda milik Adik bisa diganti dengan Taplus.”
Oke, aku memilih Taplus muda.
Selain itu, aku juga dihimbau untuk memasang aplikasi BNI Mobile Banking. Di aplikasi itulah nantinya aku bisa melihat saldo tabunganku dan melakukan berbagai transaksi seperti: transfer uang, top up e-wallet—btw, aku pakai DANA—dan sebagainya.
Setelah proses yang cukup panjang, aku akhirnya mendapatkan
nomor rekening bank pertamaku beserta kartu ATM-nya. Aku dihimbau oleh ibu
pegawai bank itu supaya tidak lupa dengan berbagai sandi yang sudah aku buat. Aku
mengangguk dan lekas beranjak dari tempat duduk. Nomor antrian setelahku sudah
dipanggil. Aku berterima kasih kepada ibu pegawai bank tersebut karena telah
membantuku. Aku berjalan melewati satpam yang menanyaiku tadi dan juga
mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah mengecek suhu tubuhku dengan
pistol suhu yang dipegangnya.
Aku keluar gedung. Tak lama setelah itu, aku tiba di
parkiran sepeda motor dan menghidupkan mesin motornya. Aku pulang dengan rasa
biasa saja. Tidak senang-senang banget, juga tidak sedih-sedih banget. Hanya saja,
aku cukup menyesal telah keliru memilih tempat untuk buka rekening tadi. Tidak
apa-apa, namanya juga baru pengalaman pertama kali. Besok-besok, semoga aku
tidak mengulangi kesalahan yang sama. Meskipun begitu, aku juga senang karena
desain kartu ATM-nya lumayan keren. Aku menyukainya. Ingin sekali rasanya
mengetahui siapa orang yang ada dibalik desain kartu tersebut dan mengucap beribu
pujian kepadanya.
desain kartu ATM sumber: dokumen pribadi |
Aku sekarang sudah punya nomor rekening sendiri dan sudah menyetorkan nomor rekeningku juga kepada kampus. Semoga nanti dapat reimburs kuota dengan lancar. Nasib anak yang rumahnya tidak bisa dipasang Wifi, ya hanya berharap bantuan kuota dari kampus, lah.
Oke, itu pengalamanku ketika membuka nomor rekening pribadi. Buat kalian yang belum punya nomor rekening pribadi, tidak perlu khawatir. Buka rekening mudah, kok!
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!