Aku dan Pengalaman Bermain PS

ilustrasi bermain ps
sumber: pixabay.com

Main ke rumah saudara jadi ingat dulu sering ps-an. Awalnya, cuma berkunjung biasa di waktu lebaran. Belum ada ps di sana. Waktu itu, aku hanya bermain pasir atau bola. Maklum masih kecil. Hingga suatu saat, saudaraku beli hp layar sentuh merek Sony Experia. Hp itu menjadi tonggak awal pengalamanku bermain ps. 

Di hp Sony Experia itu, ada sebuah permainan bernama BMX Boy. Sebuah permainan yang mengharuskan pemain menaklukkan rintangan di setiap level. Permainan yang asyik. Permainan itu mempunyai puluhan level yang bisa diselesaikan. Ketika sudah meyelesaikan satu level, rasanya seperti ingin menyelesaikan level berikutnya. Dan itu terjadi terus-menerus sampai aku bisa sampai di level terkahir.

Tak berakhir di situ, ada tiga babak level yang dibedakan oleh suasana rintangan. Rintangan suasana gurun, rintangan suasana peternakan, dan rintangan suasana kutub es. Aku baru menyelesaikan satu babak saat itu, rintangan suasana gurun, sehingga aku harus menyelesaikan level berikutnyan, level berikutnya, dan level berikutnya lagi sampai rintangan suasana kutub es.

Permainan itu tidak semudah yang dibayangkan. Ada rintangan yang benar-benar sulit dan perlu kelincahan jemari menekan tombol. Ada dua tombol untuk memainkan permainan ini. Pertama tombol mengayuh sepeda, kedua tombol melompat atau freestyle khas pesepeda BMX. Untuk menghindari rintangan, perlu ketepatan waktu menekan tombol melompat. Jika tidak tepat, sepeda akan menabrak dan permainan diulangi dari checkpoint

Layar hp Sony Experia itu sampai kasar karena tanganku habis memegang lemper. Lengket-lengket lemper di jariku menempel di layar sampai kering, untungnya masih bisa digunakan walau kasar-kasar bagaimana gitu. Maklum masih kecil.

Aku bermain permainan itu sampai berhari-hari. Ya, waktu itu, aku sering menginap di rumah saudaraku selama beberap hari. Mungkin tiga atau empat hari. Selama aku di sana, aku boleh pinjam hp Sony Experianya dan bermain BMX Boy sampai puas. Saudara yang menyenangkan, pikirku waktu itu.

Suatu ketika saat aku di rumah, aku diberitahu saudaraku jika di rumahnya ada ps. Aku biasa saja mendengarnya karena ps itu aku kira adalah permainan BMX Boy yang sering kumainkan. Di rumahnya kan tidak ada ps, mungkin BMX Boy yang dimaksud. Namun, tak kusangka ternyata memang ps. Ps yang benar-benar ps. Aku terkejut waktu mendatangi rumahnya. Sebuah kotak hitam terpasang rapi di depan televisi tabung dan memiliki sepasang stik bersamanya. Sungguh indah first impressionku terhadap PS 2 milik saudaraku itu.

Sebenarnya, dulu sebelum melihat PS 2, aku pernah bermain PS 1 yang masih pakai kaset. Jadi, sudah tidak asing lagi dengan permainan-permainan di dalamnya. Perbedaanya pun aku tahu. PS 1 pakai kaset, PS 2 pakai hard disk. Warnanya juga berbeda, PS 1 putih, PS 2 hitam. Dulu, aku bermain PS 1 juga di rumah saudaraku yang lain. Bahkan, aku belum pernah sama sekali beli ps sendiri. Sungguh tidak modal bukan? The power of saudara.

Dengan PS 2 itulah permainan BMX Boy yang sering kumainkan bisa tergantikan. Selamat tinggal BMX Boy. Suatu saat aku akan mendownload permainan kembaranmu, yaitu Skater Boy. Jadi santai saja.

Saudaraku membeli PS 2 tepat sebelum bulan ramadhan dan aku mulai memainkannya ketika bulan ramadhan tiba. Pertama adalah permainan-permainan yang pernah aku mainkan di PS 1 dulu. Namanya Need For Speed Underground kalau tidak salah. Kemudian ada Grand Theft Auto San Andreas. Ada juga Metal Slug. Aku bermain sejak habis sahur sampai buka. Seharian penuh hanya untuk bermain ps. 

Bila mengingatnya, aku sampai heran kok bisa betah duduk di depan tv main ps lama sekali. Setiap jam, setiap menit, setiap detik, aku tidak lepas dari stik ps. Aku kecanduan main ps. Aku hanya berhenti main saat salat. Tidak sadar tiba-tiba sudah sore dan waktu berbuka segera tiba. 

Ramadhan itu aku menginap di rumah saudaraku cukup lama. Kalau tidak salah, selama lima hari. Hampir seminggu aku di sana. Rasanya tidak mau pulang ke rumah. Namun, terpaksa aku diajak pulang dan berharap suatu saat akan berkunjung lagi supaya bisa main ps.

Beberapa bulan kemudian, aku berkesempatan main lagi ke rumah saudaraku. Asyik! Aku bisa main ps, pikirku waktu itu. Saat sampai sana, aku tercengang. Gila! Saudaraku sudah punya dua ps. Ternyata selama ini dia membuka tempat ps-an. Yang semula ada satu untuk pribadi, menjadi ada dua karena mungkin ada yang pengin main lalu membayar. Sekalian saja dibuat tempat ps-an.

Aku senang sekaligus sedih. Senang karena tempatnya jadi ramai. Sedih karena aku baru bisa main ketika ada ps yang tidak dipakai. Tentunya, yang diprioritaskan adalah pelanggan yang membayar. Aku tidak bayar. Jadi, saat aku main pun harus berhenti ketika ada pelanggan baru yang mau main. Pelanggan adalah nomor satu. Namun, tidak apa. Aku tidak sedih-sedih amat karena masih bisa menonton orang lain main ps. Menonton tidak kalah seru dengan main sendiri.

Permainan yang dimainkan orang lain ternyata sangat berbeda dengan apa yang aku mainkan. Mereka main permainan bernama God of War. Aduh! Backsound permainan itu sangat mengerikan. Suasana jadi mencekam. Petualangan fantasi yang menurutku lumayan "dark", tetapi seru untuk diikuti.

Selain itu, banyak yang main permainan sepak bola. Permainan yang cukup seru. Aku sampai hafal nama-nama pemainnya. Dari Cristiano Ronaldo sampai Lionel Messi.

Ada dua jenis permainan sepak bola di ps-an saudaraku itu, pertama Pro Evolution Soccer (PES) dan kedua Winning Eleven (WE). Ketika aku coba main, menurutku lebih mudah WE daripada PES. Ditinjau dari cara main dan setting segala macam. Misalnya cara main, di WE untuk mengoper hanya dengan menekan tombol x di stik, lalu bola langsung mendarat ke kaki pemain tanpa memberi arah. Sementara di PES, perlu memberi arah saat mengoper. Jika tidak, bolanya akan ditendang sembarangan.

Meski WE lebih mudah, bermain permainan sepak bola tidaklah semudah itu. Ya mudah-mudah saja jika main dengan komputer bintang satu atau beginner. Yang sulit itu ketika lawannya adalah orang lain yang jago sekali mengotak-atik stik menjalankan para pemain bola. Yakin sulit sekali, pernah aku dibantai 8-0. Siapa yang bantai? Saudaraku sendiri! Dia pakai Real Madrid sedangkan aku pakai AC Milan. Ah, mungkin dia berlatih main WE setiap hari.

Beberapa bulan berikutnya, saudaraku beli ps lagi sehingga ps-nya menjadi ada tiga buah. Tempat ps saudaraku semakin ramai. Tidak hanya anak-anak dusun situ, tetapi juga ada anak dusun lain yang rela mengayuh sepada dari rumahnya hanya untuk main ps. Di tembok tempat ps-an pun ditempel beberapa cheat GTA oleh saudaraku. Mungkin karena banyak anak-anak yang main GTA, tetapi tidak tahu atau tidak hafal cheatnya.

Pernah juga waktu itu aku main ps bersama saudaraku hingga larut malam. Kami memindah kotak ps-nya dari tempat ps-an menuju kamar saudaraku. Kalau tidak salah, kami main Metal Slug. Semalam suntuk main metal slug sampai tamat. Bagi yang belum tahu, Metal Slug itu permainan tembak-tembakan dua dimensi yang grafiknya tidak sebagus permainan tembak-tembakan online sekarang (semacam PUBG dan lain-lain). Begini kira-kira gambar permainannya.

sumber: it.m.wikipedia.org

Ah, pokoknya kecanduan sekali aku dengan ps. Seingatku, saat itu aku masih kelas lima. Berapa ya usiaku? Mungkin sebelas tahun. Saat-saat itulah kegembiraan terbesarku adalah bermain ps.

Lambat laun waktu terus bergulir. Saudaraku itu sudah dewasa dan pergi bekerja di kota besar. Ya, usiaku terpaut cukup jauh dengannya. Sepertinya selisih sepuluh tahun. Dengan begitu, yang biasanya aku main ps dengan saudaraku itu, akhirnya aku main ps sendirian. Ah, rasanya berbeda saat melawan komputer. Aku tidak merasakan keseruan yang sama ketika bermain bersama. Perlahan aku merasa bosan. Dan hanya main beberapa pertandingan saat saudaraku itu pulang kampung. 

Kemudian, aku juga sudah sekolah di MTs. Jarang pulang karena di asrama. Akhirnya, aku hampir jarang sekali main ps di rumah saudaraku itu. Mungkin itulah titik balik diriku yang semula penggila ps perlahan mulai merasa bosan untuk memainkannya. Tidak dimungkiri, sesekali aku diajak teman MTsku pergi ke tempat ps-an di sekitar sana. Namun, ya begitu, aku merasa, "Ah, apaan sih. Buang-buang waktu."

Aku merasa ps tidak begitu berguna lagi. Ps hanya sebatas permainan sebagai salah satu pilihan kegiatan bersama teman. Ketika diajak ps ya ayo, kalau tidak ada yang mengajak ya tidak main. Sesederhana itu.

Mungkin karena sudah pegang hp sendiri juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Ketika bosan, hp sudah mampu mengatasinya tanpa berpikir akan main ps. Dan bila dipikir-pikir, hp juga lebih bermanfaat daripada ps. Misalnya saat ini, aku bisa mengetik meski di hp. Hal itu tidak bisa aku lakukan ketika main ps.

Akan tetapi, ps ada manfaatnya juga. Aku jadi bisa mengimbangi teman-temanku ketika diajak tanding sepak bola di tempat ps-an. Jadi, aku tidak malu-malu amat kepada mereka. Mereka tidak bisa mengejekku, "Haha 10-0, haha 11-0, haha 12-0." Setidaknya jadi jago sedikit.

Kembali lagi ke tempat ps-an saudaraku tadi. Sampai sekarang tempatnya masih ada. Setidaknya masih ada sampai Virus Corona menyerang. Gara-gara itu tempat ps-annya tutup. Aku sempat bertanya apakah masih akan buka lagi setelah pandemi kelar. Dan ya belum tahu. Soalnya beberapa ps jadi rusak karena berbulan-bulan tidak dimainkan. Padahal anak-anak yang langganan ps di sana juga sudah menanyakan hal yang sama. Hal itu menandakan ps ini masih cukup laris dikalangan anak-anak.

Sungguh ingatan yang indah. Walau waktu terus berubah, ingatan tak akan ikut berubah dan terus tersimpan entah di bagian mana di dalam tubuh kita. Mungkin di otak atau bagian yang lain. Mungkin, aku tidak tahu. Intinya pengalaman itu (semoga) tidak akan aku lupakan seumur hidup. Pengalaman yang memberi pelajaran bagi ku bahwa kebanyakan main ps itu tidak baik! Buang-buang waktu. 

Oh iya. Saat ini Sony sudah merilis PS 5. Meskipun begitu, aku tidak senang-senang amat. Biasa saja dan tidak berkeinginan untuk main. Mungkin karena mahal. Selain itu, jangankan PS 5, lha wong PS 3 dan PS 4 saja belum pernah main. Wkwk.

Komentar

  1. 10 dari 10 anak Indonesia mengenal GTA San Andreas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan besar, iya

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus

Posting Komentar

silakan berkomentar!

Baca Juga