Menombak ikan
Makan siang sambil melihat kolam yang berisi ikan berenang kian kemari amat mengasyikkan. Geraknya yang lembut gemulai enak dipandang mata. Ikan-ikan itu bagai makhluk yang tidak pernah punya rasa sedih, senang terus bawaannya. Seperti anak kecil yang masih gemar bermain ke sana kemari. Anak kecil yang belum mengerti masalah-masalah kompleks yang akan ia temui pada saat dewasa nanti. Bahagia sekali kau, ikan.
Waktu itu, aku makan nasi dengan lauk ikan berkuah santan. Beberapa tulang ikan aku lempar ke dalam kolam dan menjadi rebutan ikan-ikan di dalam sana. Aku tertawa melihatnya, apakah mereka tidak tahu bila tulang itu adalah tulang dari saudara seikan mereka. Mereka telah melakukan tindakan kanibalisme. Dan mereka melahapnya dengan semangat. Mengkrikiti sisa-sisa daging yang menempel sampai habis tinggal duri. Lalu, ditinggalkan begitu saja dan tenggelam perlahan ke dasar kolam. Beberapa waktu ke depan, tulang ikan itu menjadi biang kolam ikan menjadi kotor. Ujung-ujungnya aku juga yang disuruh mengambili dan membersihkannya.
Saat melihat ikan-ikan itu berenang menggeliat, aku terbenak orang suku pedalaman yang gemar menangkap ikan dengan tombak. Apakah mereka juga kesulitan menangkap ikan? Aku pernah mencoba menombak ikan, iseng waktu kecil, menggunakan isi bolpen yang aku lontarkan menggunakan karet gelang. Ternyata sulitnya minta ampun. Ikan sasaranku terus bergerak ke sana kemari. Saat ada kesempatan di waktu ikan itu diam dan melamun, tembakan isi bolpenku juga meleset. Ah, frustasi. Sulit sekali. Mungkin orang pedalaman itu punyan trik khusus untuk menombak ikan.
sumber: pixabay.com |
Ternyata memang ada trik khusus dalam menombak ikan. Namun, aku tidak tahu apakah trik ini juga dipakai orang pedalaman atau tidak. Sebab, aku mendapat trik ini bukan dari orang pedalaman, melainkan dari salah seorang pengajar di tempat les. Dia adalah pengajar mata pelajaran fisika. Ya, trik ini rupanya berhubungan dengan salah satu materi di fisika, yaitu optik.
Tembak-menembak sangat berhubungan dengan penglihatan. Seorang penembak jitu memiliki penglihatan mata yang perfek sehingga mampu menembak sasaran dengan tepat. Begitu juga kegiatan menombak ikan, harus memiliki kejelian untuk menentukan di mana lokasi sasarannya. Apabila ikan ditombak tepat di badan ikan yang tampak di permukaan kolam, maka jangan harap bisa mengenainya sampai kapanpun. Dan itu adalah kesalahanku waktu kecil saat menombak ikan menggunakan isi bolpen tadi.
Lalu, di mana lokasi yang tepat sebagai sasaran menombak ikan? Aku bisa langsung menjawabnya, yaitu tepat di bawah sedikit tubuh ikan yang tampak di permukaan kolam. Rupanya hanya begitu, andai kata waktu kecil aku sudah bertemu pengajar di tempat lesku itu, mungkin sekarang aku sama hebatnya dengan orang pedalaman tadi dalam hal menombak ikan.
Bentar bentar. Bukannya seharusnya menembak itu harus tepat pada benda yang diincar, ya? Memang benar, tetapi ikan itu hidup pada medium yang berbeda kerapatan dengan manusia. Ikan hidup di air sedangkan manusia hidup di udara. Air memiliki kerapatan yang lebih besar dari pada udara. Hal tersebut yang menyebabkan suatu peristiwa bernama pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya inilah yang menjadi biang kerok pengecoh pandangan mata manusia.
Pasti sudah banyak yang tahu apa itu pembiasan cahaya. Contoh peristiwanya adalah pensil yang terlihat patah ketika dimasukkan ke gelas penuh air. Sama dengan itu, cahaya yang dipantulkan oleh ikan juga dibengkokkan.
Lalu, kenapa sasarannya tidak di atasnya? Bukankah kemungkinan bisa begitu jika cahaya dibengkokkan. Awalnya aku berpikir semacam itu, tetapi salah. Hal ini berhubungan dengan arah bengkoknya cahaya dan arahnya sudah diatur sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa.
Cahaya yang datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibengkokkan menjauhi garis normal. Misalnya dari air ke udara. Begitu juga sebaliknya, cahaya yang datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibengkokkan mendekati garis normal. Misalnya dari udara ke air.
Untuk mempermudah, aku akan menampilkan gambar ilustrasinya.
sumber: materikimia.com |
Kemudian, penjelasan tentang alasan menombak ikan sasarannya sedikit ke bawah. Dapat dipahami melalui gambar berikut.
sumber: dokumen pribadi |
Garis putus putus hitam adalah hasil penampakan ikan yang terlihat oleh mata manusia di permukaan kolam. Sedangkan garis putus putus merah adalah letak ikan sebenarnya. Jadi, ketika menombak ikan sesuai apa adanya yang tampak di permukaan kolam, pasti tidak kena karena hanya menombak bayangannya. Apalagi mengincar bagian atasnya, tambah jauh meleset. Incar agak ke bawah, dan jleb! Ikan telah didapat.
Akan tetapi, aku tidak akan betulan mempraktekan teori itu. Pasalnya, ikan-ikan dirumahku adalah ikan koi, mujahir, patin, gurami, dan lele yang dipelihara sepenuh jiwa dan raga oleh Bapakku. Ikannya diambil untuk suguhan makan-makan ketika ada saudara atau tamu yang datang. Kecuali ikan koi yang sengaja dibeli Bapakku untuk "dedelokan" bukan untuk konsumsi.
Mungkin aku akan mempraktekannya bila suatu saat nanti tersesat di hutan antah-berantah. Jauh dari peradaban sehingga untuk bertahan hidup harus mencari bahan makanan sendiri. Layaknya pada film-film fantasi yang sering aku tonton. Mungkin, bisa jadi, tetapi semoga saja tidak.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!