Beres-Beres

 

Sumber: dokumen pribadi

Sulur-sulur saling silang tak karuan dan tampak tidak rapi dibuatnya. Itu bukan sulur alami tetumbuhan yang kumaksud. Melainkan kabel-kabel pengisi baterai gawai yang menyerupai sulur. Benda itu terpasang di terminal listrik yang ada di ujung meja. Ujung meja yang senantiasa kulihat karena di situlah semua alat-alat elektronik (gawai) milikku dicharge. 

Tidak ada yang istimewa selain ketidakrapiannya. Sebenarnya ketidakrapian juga bukanlah hal yang istimewa menurutku. Namun, ketidakrapian sudah menjadi ciri khas tempat itu. Emm... Jadi tidak mengapa sekiranya aku menyebut ketidakrapian di tempat itu sebuah keistimewaan. Tidak ada tempat lain di rumahku yang lebih buruk dari tempat itu dalam hal kerapian. Apa? Misalnya adalah tempat tumpukan baju kering sehabis dijemur, itu mungkin bagi sebagian orang adalah tempat paling tidak rapi. Akan tetapi, entah mengapa tempat mengecharge gawaiku terlihat lebih menyebalkan. 

Aku terkadang muak dengan kondisinya sehingga terpaksa kuberesi kabel-kabel itu dengan menggulungnya seperti roti. Memangnya ada berapa kabel charger di tempat itu? Bukankah jika hanya satu kabel, tidak akan menimbulkan masalah serius bagi sektor kerapian. Ya, benar. Aku setuju dengan pernyataan tersebut. Masalahnya, mungkin akan lebih adil jika kuberitahu sekalian ada berapa kabel charger di tempat itu. Sebentar, aku hendak menghitungnya terlebih dahulu. 

Damn! Ternyata lima charger telah menancap ke terminal listrik di tempat tersebut. Loh, apakah Anda tidak hafal dengan charger sendiri sampai harus menghitung terlebih dahulu? Ya cuma memastikan saja, Bung. Aku tidak suka mengira-ngira jika hasil perkiraannya memicu munculnya hoaks. Jadi, alangkah baiknya jika kupastikan terlebih dahulu. 

Well, ada lima kabel panjang yang saling silang menyilang. Akan aku sebutkan kabel apa saja itu supaya dapat diketahui bersama. Pertama ada kabel charger HP milik Bapakku, kedua ada kabel charger HP milik Ibuku, ketiga ada kabel charger HP milikku sendiri, keempat ada kabel charger laptopku, dan yang terakhir ada kabel charger senter milik Bapakku (sebenarnya senter itu bukan milik siapa-siapa, milik satu keluarga, tapi mumpung yang beli adalah Bapakku, aku sebutkan saja itu miliknya).

Ahaha, aku baru sadar ternyata seluruh HP milik keluarga dicharge di satu tempat yang sama. Why? Padahal sangat banyak stopkontak di ruang yang lain. Mungkin pada waktu yang akan datang, aku akan menyarankan mereka untuk memindah tempat mengisi baterai HP ke stopkontak yang lain. Hal itu bertujuan agar tempat tersebut menjadi tampak lebih rapi dari sebelumnya! 

Aku muak, Bung! Setiap kali kuberesi pasti akan kembali ruwet seperti semula. Sampai batinku berbisik, "Untuk apa aku melakukan hal bodoh ini? Membereskan barang yang nanti pasti akan berantakan kembali. Sia-sia!" Namun, sepertinya itu hanya bisikan bocah naif yang malas untuk membereskan tempat kerjanya. 

Aku jadi ingat kisah seorang guru yang cerdas menanggapi bantahan muridnya sendiri sampai murid itu tak bisa berkutik. Intinya, seorang murid disuruh untuk membersihkan lingkungan, tetapi justru murid itu tidak mau dan membantah, "Untuk apa dibersihkan? Toh nanti akan kotor kembali." Guruku itu lantas menanggapinya dengan pertanyaan sejenis, "Kalau begitu, coba kenapa kamu mencuci seragam sekolahmu, bukankah nanti seragam itu akan kotor kembali?"

Sekilas pernyataan dari murid tersebut benar adanya. Mengapa susah-susah membersihkan lingkungan, toh nanti akan kotor kembali. Namun, sejatinya itu hanya sebuah tameng akan kemalasannya untuk membersihkan lingkungan. Dalam istilah Jawa, murid tersebut dijuluki bocah keset. 

Hmm... Sepertinya aku memang harus rajin beres-beres meja. 

Komentar

Baca Juga