Ah
Ah,
Aku akan mengungkapkan beberapa kesan unik setelah menonton Squid Game. Sebenarnya bukan menonton seriesnya, hanya menonton sebuah review dari salah satu channel YouTube. Cukup seru meski hanya menikmatinya lewat sebuah narasi, dibarengi dengan cuplikan adegan yang sudah mewakili.
Begini, ini cukup serius. Aku menganggap semua orang yang membaca ini sudah pernah menontonnya, atau setidaknya mau untuk mendapat spoiler-spoiler bila belum menonton. Perlu sebuah disclaimer seperti itu karena sering kali ada orang yang kekeuh tidak mau sama sekali mendengar spoiler pada sebuah tayangan.
Jadi, banyak adegan kematian di series tersebut. Itu adalah hal yang membuatku merasa, "hmm omoshiroi".
Why? Apa ada yang salah dengan "kematian" di series tersebut? Ya, mati bukanlah hal yang salah. Itu merupakan takdir Yang Maha Kuasa. Aku tidak akan mbantahnya karena memang tidak bisa dibantah. Kenyataannya seperti itu. Namun, cara mereka mati dan sikap mereka menghadapi kematian yang, bukan salah, apa ya? Mungkin kata yang bisa mewakili adalah aneh, atau tidak biasa.
Kematian para pemainnya disebabkan karena kekalahan dalam bermain permainan. Di situ, siapa yang kalah, akan mati dan siapa yang menang, akan bisa melanjutkan ke permainan berikutnya. Dan bodohnya, peluang mereka untuk menang dan memperoleh hadiah utama adalah 1 : 456. Haha, akan ada 455 orang mati bila pemenang benar-benar mendapatkan hadiahnya.
Di dalam permainan itu, semua peserta dikarantina dan tidak menutup kemungkinan untuk mati di luar sesi permainan. Hal itu bisa ditarik garis besar bahwa para peserta bisa mati kapan saja dan mati di tangan siapa saja sesama peserta. Aku yakin, di kepala mereka, yang ada hanya pikiran untuk bertahan hidup waktu demi waktu sampai peserta perlahan berkurang dan akhirnya bisa mendapat hadiah utama. Di barengi dengan rasa was-was akan kematian yang bisa menghampirinya tanpa permisi.
Kemudian, aku berpikir liar sembari berandai-andai jika para peserta tersebut berada di dunia asli, di kehidupan biasa, apakah akan tetap was-was seperti itu atau justru biasa saja?
Bila dianalogikan, bukankah keadaan di dalam permainan tersebut mirip-mirip dengan kehidupan manusia secara umumnya? Hidup, tanpa tau kapan mati menjemput. Mungkin terdapat satu hal yang membedakan, yaitu alasan pasti kematian orang bisa terjadi. Di sana, kematian bisa terjadi jika peserta kalah permainan. Itu sudah berupa peraturannya. Sedangkan, di kehidupan nyata tidak diberikan alasan pasti kematian seseorang. Tidak ada syarat khusus supaya manusia bisa mati. Banyak faktor kematian yang kemungkinan bisa terjadi.
Aku masih kurang ilmu mengenai kematian ini, tetapi ada satu hal yang aku ketahui bahwa kematian setiap insan itu sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa sejak zaman Azali. Di mana ia mati, kapan ia mati, bagaimana ia mati, mengapa ia mati, sudah ada skenarionya sejak dahulu kala. Hanya saja, hal tersebut tidak diberitahukan kepada manusia.
Jadi, aku sedikit berprasangka buruk kepada para peserta itu. Jawabanku adalah mereka akan mengabaikan kematian saat berada pada kehidupan nyata. Secara umum, manusia akan seperti itu. Apabila tidak sperti itu, maka dia masuk ke dalam golongan tidak umum. Mengapa bisa abai terhadap kematian? Karena mereka tidak khawatir akan kematian tersebut.
Coba lihat semua peserta (bagi yang udah nonton), di sana mereka terus bertahan dengan menghalalkan segala cara. Dan terus kepikiran, "gue jangan sampai mati". Dengan begitu, para peserta tersebut akan lebih menghargai kehidupannya sendiri dan berusaha semaksimal mungkin di sisa kehidupannya itu. Setidaknya sampai permainan tersebut selesai dan ia akan mati.
Ya begitulah, kehidupan layaknya bermain Squid Game yang selalu was-was akan kematian. (Seharusnya)
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!