Orang Kuat

 

wallpapercave.com

Seringkali kita bertemu atau sekadar melihat seseorang yang tampak sangar dan begitu kuat secara fisik. Dari wajah, ujung rambut, sampai ujung kaki seperti sudah ditakdirkan menjadi kekar dan menempel pada orang itu. Tak hanya fisik yang bagus, aura dan karismanya juga menyebar ke segala arah hingga setiap orang yang ada di dekatnya selalu menaruh hormat tinggi-tinggi pada orang itu. Kadang kala, iri rasanya. Mengapa tidak kita saja yang seperti itu?

Takdir setiap orang memang diatur berbeda. Dengan jalan tempuh yang sama pun, hasil yang diperoleh bisa jadi berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Alhasil, rasa kagumlah yang akan muncul ketika orang lain terlihat lebih sukses daripada kita. Itu wajar. Dan semua prasangka akan kita curahkan kepada orang sukses tersebut. “Wah! Dia mah memang udah pinter dari sananya.”, “Wah! Dia mah udah kaya sejak kecil.”, “Wah! Enak ya hidup kaya dia.”

Padahal, apakah benar prasangka tersebut?

Sebelum itu, kita bedakan dahulu apa itu fakta, pendapat, dan asumsi.

Menurut kalian, prasangka tentang orang sukses tersebut fakta, pendapat, atau asumsi? Jika kalian menjawab itu adalah fakta, maka jawabannya adalah kemungkinan kurang tepat. Jika kalian menjawab itu adalah asumsi, maka jawabannya juga kemungkinan kurang tepat. Jika kalian menjawab itu adalah pendapat, maka jawabannya kemungkinan besar tepat. Mengapa masih dalam bentuk kemungkinan? Ya, sebab itu adalah pendapat saya sendiri. Jadi, yang namanya pendapat bersifat subjektif dan tidak pasti benar ataupun salah.

Seperti yang sudah kita ketahui, fakta itu sesuatu yang benar-benar terjadi, asumsi itu dianggap benar, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah, sedangkan pendapat itu hanya buah pemikiran dari seseorang dan bersifat subjektif. Misalnya, dalam suatu berita, diungkapkan bahwa usia korban kecelakaan sepeda motor adalah 30 tahun. Kemudian, seseorang berkata bahwa ada kecelakaan sepeda motor yang korbannya berusia 30 tahun. Jadi, perkataan orang tersebut disebut fakta. Ada seseorang lagi yang berkata bahwa pihak kepolisian mengklaim penyebab kecelakaan karena kondisi jalan yang licin. Jadi, perkataan pihak kepolisian tersebut adalah asumsi karena diduga benar jalan licin menjadi penyebab, tetapi masih ada kemungkinan lain seperti pengendara yang mengantuk dan lain sebagainya, tinggal menunggu penelitian ilmiah sampai asumsi tersebut berubah menjadi fakta. Kemudian, seorang lagi berkata bahwa kondisi korban kecelakaan tidak terlalu parah. Jadi, perkataan orang tersebut adalah pendapat karena bersifat subjektif. Orang lain bisa menganggap bahwa kondisi korban kecelakaan sangat parah. Tentunya, taraf keparahan antara satu orang dengan orang lain sangat berbeda.

Prasangka bisa dikatakan hampir mirip dengan pendapat. Jadi, prasangka kita terhadap orang sukses tadi belum tentu benar. Ya, benar menurut kita, tetapi belum tentu benar untuk orang lain. Misalnya, menurut orang sukses itu sendiri. Apakah dia menganggap dirinya sukses karena sudah dari sananya? Tidak. Apakah dia mengannggap dirinya sukses karena sudah punya hak istimewa sejak kecil? Tidak. Apakah dia menganggap dirinya sukses dan merasa enak dengan kesuksesannya tersebut? Belum tentu, bisa jadi justru merasa sengsara dan tidak bahagia.

Prasangka kita hanya seperti butiran hujan yang hanya mengenai permukaan gentingnya saja dan tidak bisa mencapai sofa di dalam ruang tamu. Kita tidak tahu isi hati dari orang tersebut. Dari luar, dia tampak kuat dan ganas. Namun, dia selalu menangis di dalam hati ketika kehilangan teman-temannya. Apakah prasangka kita yang hanya menilai dari luaran saja bisa sampai ke titik tersebut? Tentunya tidak. Dan ketika melihatnya menangis lemah, prasangka kita akan bertubrukan dengan realitas yang ada hingga berkata bahwa seharusnya bukan seperti ini! Dia orang kuat! Mengapa menangis?!

Cukup banyak orang yang berusaha tampil baik di muka umum yang secara hakikatnya berbeda dengan bagaimana keadaan dia sebenarnya. Bahkan, semua orang pernah seperti itu. Wajar, namanya juga manusia sebagai makhluk sosial. Bila tidak seperti itu, manusia akan sulit untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia lainnya. Menurut saya, perasaan manusialah yang bermain dalam ranah tersebut.

Manusia kuat sebagai sosok yang saya bayangkan adalah Sano Manjiro alias Mikey di anime Tokyo Revengers :) yang menangis ketika tahu bahwa temannya, Draken, tidak jadi wafat.

Komentar

Baca Juga