Orang Berteman
sumber: zerochan.net |
Ada sebuah pertanyaan yang
sepertinya cukup sulit kujawab. Siapakah temanmu yang paling dekat denganmu?
Ketika diberi pertanyaan semacam
itu, aku hanya bisa merenung dan terus berkontemplasi. Memikirkan siapakah nama
yang cocok untuk menyanding gelar temanku yang paling dekat. Sebenarnya yang
dekat lumayan banyak. Namun, kata paling dekat membuatku sangat pusing. Aku
tidak tahu siapa. Bila kusebutkan satu nama, ada nama lain yang juga dekat.
Akan tetapi, dari sekian banyak
teman dekatku itu, kupikir-pikir mereka mempunyai periodenya masing-masing.
Misalnya waktu aku kecil. Yaitu
periode SD. Teman-teman dekatku ya teman SD itu. Meskipun rumahnya cukup
berjauhan, tetapi sering bertemu di sekolah dan menjadikan kami teman yang
dekat. Teman-teman dekat di SD cukup unik. Kami memang teman yang dekat, tetapi
tidak melulu dalam keadaan baik, kadang saling marah, saling berkelahi, saling
ejek-mengejek, dan saling sebagainya. Meskipun begitu, kami tetap teman dekat.
Sampai waktu yang memisahkan kami. Lulus dari SD dan melanjutkan studi kejenjang
selanjutnya melalui jalannya masing-masing. Ada juga yang tidak melanjutkan
pendidikan dan memilih pengangguran atau mencoba bekerja. Tidak apa, itu
pilihan hidup mereka dan aku juga tidak menyalahkannya. Ya, mereka tetap
teman-teman dekatku di periode tersebut.
Setelah menempuh jalan
masing-masing, aku memilih pindah daerah dalam melanjutkan studi. Dengan
begitu, semua teman-teman dekatku tidak pernah bertemu denganku lagi karena
terpisah jarak yang jauh. Akibatnya, di periode ini, aku punya teman dekat yang
lainnya lagi. Periode ini teman dekatku tak hanya dekat di sekolah, tetapi juga
dekat dalam satu tempat tidur. Namanya juga anak asrama. Teman dekatku di sini
sudah mulai membuat lingkar pertemanan. Sebenarnya lingkar pertemanan ini
seperti efek domino yang terus menjalar. Ketika satu lingkar pertemanan
terbentuk, maka lingkar pertemanan yang lain akan terbentuk juga. Rasa minder
mulai muncul di periode ini. Rasa seperti, “Ah, kenapa aku tidak diajak dalam
lingkar pertemanan mereka?” Orang-orang yang bernasib sama ini akan membuat
lingkar pertemanannya sendiri. Akibatnya dalam satu kelas, bisa terbentuk tiga
sampai lima lingkar pertemanan. Buruk? Tidak juga. Baik? Tidak juga.
Masalah lingkar pertemanan ini
menjadi buruk karena kondisi lingkungan kelas jadi terkesan pecah-pecah.
Istilah lainnya tidak solid. Namun, masalah lingkar pertemanan ini juga baik
karena semakin bertambahnya usia, anak sudah mulai beragam sifatnya dan
kesenangannya. Ketika bersama teman yang dirasa cocok, mereka merasa nyaman dan
bahagia. Bukankah bahagia adalah hal yang baik?
Di periode ini pun aku mempunyai
lingkar pertemanan sendiri. Walau beberapa orang saja tidak masalah. Dan
masalah lingkar pertemanan ini mulai terasa sangat ketara setelah kami lulus
dari periode ini. Yang satu lingkar pertemanan semakin dekat dan yang bukan
satu lingkar pertemanan semakin menjauh karena canggung, sungkan, merasa tidak
enak, atau apapun itu. Sampai saat ini, lingkar pertemananku di periode ini pun
masih saling berhubungan, meski tidak mempunyai grup WA sendiri.
Periode selanjutnya adalah masa
SMA. Di sini aku bertemu dengan teman-teman dekat dari berbagai kalangan.
Sangat beragam. Layaknya berenang dalam sebuah kolam. Pada saat SMP, aku hanya
berenang di kolam yang kecil. Namun, pada saat SMA, aku berenang di kolam yang
jauh lebih besar dari sebelumnya. Lingkungan yang lebih beragam membuat
pikiranku semakin terbuka dalam banyak hal. Membuatku belajar akan toleransi
dan saling menghargai sesama manusia. Berkelahi dan saling marah adalah hal
yang aneh di periode ini. Semua remaja mulai beranjak dewasa, lingkar
pertemanan juga tidak hanya sebagai teman, tetapi juga sebagai… aku tidak tahu
kata apa yang bisa menggambarkan kondisi lingkar pertemananku di periode ini.
Namun, aku sangat senang memiliki mereka, teman dalam satu lingkar
pertemananku. Mereka membuatku belajar banyak hal yang tidak pernah aku
dapatkan sebelumnya. Teman dekatku di periode ini adalah mereka.
Sekarang aku sudah pergi dari periode tersebut dan memasuki periode baru yang entah akan bagaimana. Teman dekatku mungkin akan berganti lagi.
Atas dasar itulah aku kebingungan siapa temanku yang paling dekat. Sampai saat aku menulis ini, aku belum terpikirkan nama yang bisa menempati gelar tersebut. Barangkali besok aku sudah dapat, atau bahkan seratus tahun lagi baru bisa mendapatkannya. Entahlah.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!