Tentara-Tentaraan
Sumber: pixabay.com |
Setiap anak laki-laki di Indonesia pasti pernah bermain dengan mainan yang ada di gambar tersebut. Kami sering menyebutnya mainan tentara-tentaraan. Apabila ada anak laki-laki yang mengaku belum pernah memainkan mainan tersebut, maka kemungkinan besar ia termasuk penganut pasifisme akut. Golongan yang sangat anti terhadap perang. Untuk keadaan saat ini, itu baik. Diperlukan generasi penerus yang menganut pasifisme supaya kedamaian dunia dapat terlaksana. Namun, sepertinya agak mustahil. Di mana ada manusia, maka pasti akan ada masalah. Di mana ada masalah, maka keadaan damai sulit tercapai terlebih jika masalah itu sulit dipecahkan.
Selain itu, kemungkinan yang lain apabila ada anak laki-laki yang mengaku belum pernah memainkan mainan tersebut yaitu mereka termasuk golongan anak yang selalu dimarahi Ibu mereka ketika minta dibelikan mainan. Apapun jenis mainan itu, dari mobil-mobilan sampai kemah-kemahan. Termasuk di dalamnya tentara-tentaraan. Padahal, jika dipikir-pikir, waktu anak memang digunakan untuk bermain. Alangkah baiknya orang tua semacam ini perlu melunakkan dirinya untuk menuruti dan membelikan sang anak mainan. Sebab, ketika sang anak mulai beranjak dewasa, dia merasa bahwa masa kecilnya kurang bahagia. Istilah jawanya "durung tutug dolanan". Sangat miris mendengar hal tersebut karena menurutku sang anak akan menghabiskan waktu dewasanya justru untuk menuruti keinginannya semasa kecil yang belum kesampaian. Bukan digunakan untuk hal-hal yang lebih berguna.
Bermain tentara-tentaraan tentu sangat menyenangkan. Tentara-tentaraan tidak hanya terdiri dari orang-orang kecil bersenjata, tetapi juga terdiri dari pepohonan, markas, karung-karung perlindungan, dan ini yang paling aku suka, terdapat anjing pelacak. Ini konyol. Memangnya ada perang senjata api yang melibatkan hewan? Setahuku, perang senjata api tidak lagi menggunakan hewan. Penggunaan hewan sebagai peralatan perang sering terlihat dalam perang kerajaan-kerajaan zaman dahulu yang masih menggunakan pedang sebagai senjata utamanya. Pasukan kavaleri yang menunggang kuda, pasukan penghancur yang menunggang gajah, pasukan kurcaci kecil perkasa yang menunggang babi, pasukan orc yang menunggang kadal raksasa, dan pasukan peri hutan yang menunggan unicorn. Oh, sepertinya itu perang di dunia fantasi, bukan perang di dunia nyata.
Akan tetapi, penggunaan anjing dalam perang ternyata benar-benar pernah terjadi. Sekali lagi, kutegasan bahwa menurutku ini konyol. Bagaimana tidak? ribuan anjing dikerahkan saat perang Nazi Jerman melawan Uni Soviet pada tahun 1941. Uni Soviet mengerahkan anjing-anjing ke medan perang dengan dalih pengorbanan anjing-anjing tersebut dapat menyelamatkan rakyatnya, meskipun mendapat kecaman dari aktivis perlindungan hewan. Anjing-anjing tersebut digunakan sebagai pembawa bom untuk meledakkan tank Tiger milik Nazi yang sangat ditakuti kala itu. Anjing-anjing itu melakukan kamikaze atau misi bunuh diri yang telah dilatihkan sejak sepuluh tahun sebelum perang dimulai, pada tahun 1930. Daging ditaruh ke bawah tank dan anjing-anjing yang sudah dilaparkan disuruh untuk merangkak mengambilnya. Latihan tersebut bertujuan supaya anjing menganggap jika di bawah tank musuh pasti ada makanan. Strategi ini awalnya kurang ampuh karena tank Uni Soviet yang digunakan untuk latihan berbau solar, sedangkan tank Nazi Jerman berbau bensin. Anjing pembawa bom tersebut kebingungan di tengah medan perang. Pada perang pertama Uni Soviet gagal. Namun, pada perang kedua dan seterusnya, strategi ini berhasil. Nazi Jerman pun dapat dipukul mundur.
Selanjutnya, cara bermain tentara-tentaraan berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Biasanya orang-orang kecil bersenjata dikelompokkan menjadi tiga warna. Pertama warna hijau, kedua warna merah hati, dan ketiga warna coklat kekuningan. Ibaratnya sebagai penanda ini prajurit mana dan ini prajurit mana. Orang-orang kecil bersenjata itu ditata sedemikian rupa menurut kelompok warnanya sehingga mirip medan pertempuran yang asli. Ada komandan yang ditaruh di barisan belakang, ada pasukan infanteri yang memegang senapan di bagian depan sendiri, dan ada pasukan penembak jauh yang selalu dibuat berbaring di tanah. Lalu, satu-persatu peluru mulai ditembakkan ke orang-orang kecil bersenjata. Dengan imajinasi sang anak, peluru itu mengenai badan dan akan direbahkan. Orang-orang kecil bersenjata yang merebah itu telah dianggap mati dalam pertempuran. Pemenang perang ditentukan dengan jumlah terbanyak pasukan yang masih hidup. Tentunya, semua bisa terjadi di medan perang. Sesuai imajinasi sang anak. Tiba-tiba muncul mobil hotwheels juga tidak masalah. Medan pertempurannya pun bisa di mana saja. Asalkan tidak di gundukan pasir bahan bangunan, jika medan pertempuran dipaksa dilaksanakan di sana, niscaya akan ada orang-orang kecil bersenjata yang hilang tertelan pasir dan tidak akan pernah kembali. Paling aman yaitu di keramik teras rumah.
Cara bermain lain juga ada, tetapi cara ini sangat berisiko dan cenderung memicu amarah Ibu. Caranya yaitu membuat kapal-kapalan terlebih dahulu, bisa dari gabus, kayu, atau benda mengapung lainnya. Tidak lupa ditambah layar supaya keren. Lalu, orang-orang kecil bersenjata mulai ditaruh di dalamnya. Apabila kapal terbuat dari kayu, orang-orang kecil bersenjata biasanya dipaku bagian kaki agar tetap berdiri tegak saat terguncang. Setelah itu, mencari sungai yang ada arusnya. Jika tidak ada sungai berarus, bisa memanfaatkan selokan. Kapal dihanyutkan dan peperangan di daerah perairan mulai terjadi. Kapal-kapal saling tertabrak satu sama lain hingga ada yang terbalik. Kapal yang terbalik kalah dan kapal yang bertahan menjadi pemenang. Orang-orang kecil bersenjata dianggap gugur jika tenggelam ke dasar perairan. Kebanyakan anak laki-laki tidak bisa mengambilinya karena dalam dan berbahaya. Ketika pulang, Ibu mereka akan mendapati anaknya tidak lagi membawa mainan tentara-tentaraan yang dibawanya main beberapa jam lalu. Padahal baru sepekan masa pembelian. Inilah pemicu amarah Ibu dan tidak disarankan bermain dengan cara seperti ini.
Masih banyak cara bermain lain sesuai imajinasi anak. Mainan ini mampu membuat para pria teringat lagi akan masa kecilnya yang indah. Yang tidak akan bisa mereka ulangi di saat ini karena sudah bukan masanya lagi. Mungkin mainan ini tidak sepopuler dulu lagi. Anak-anak kecil banyak yang telah beralih ke game online. Tidak apa, zaman memang sudah banyak berubah.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!