Tidak Tahu

sumber: pixabay.com


    Minggu, 24 April 2022, Adit bangun pukul tiga pagi kurang. Belum sahur memang. Kemungkinan sahur nanti pukul setengah empat. Ia memperbaiki selimut dan meraih handphonenya. Ia tidak dapat tidur lagi entah kenapa. Jadi, ia memutuskan untuk membuka media sosial. Apapun itu, Twitter sampai Instagram. Ia mulai stalking akun teman-temannya melalui update tweet sampai update instastory mereka. 

    Sebelum itu, ia melamun sebentar seperti mereview apa yang sudah ia pikirkan dan lakukan sehari sebelumnya. Teringat beberapa orang dan mulai stalking medsos mereka. Bagaimana keadaanya sekarang? Apa yang ia lakukan? Apakah ia bersenang-senang saat melakukan kegiatannya? Apakah ia tak kesulitan membuat tugas video iklan? Apakah ia membenci Adit? Pikiran Adit semakin aneh-aneh. Apakah ia, ia, dan ia membenci Adit karena Adit... Adit tidak tahu alasan mereka membenci Adit, mungkin Adit slow respon akhir-akhir ini? Atau alasan yang sejenisnya? 

         Aku adalah Adit.

    Aku melihat instastory. Yea, semakin aku melihat mereka, semakin terpuruk apa yang aku rasa. Bukan terpuruk seperti apa yang kaubayangkan. Merasa terpuruk karena perasaan penasaran bagaimana dan mengapa mereka bisa melakukan seperti itu, sedangkan aku tidak? Mengapa aku masih selalu seperti ini? Mengapa nasibku seperti ini? Aku merasa selalu kalah dari mereka. Jangan salahkan aku, aku pun tidak bersalah akan perasaanku itu. Aku memvalidasinya dan kau pun juga harus ikut memvalidasi. Aku merasa tidak aman, tidak bersyukur, dan tidak-tidak yang lainnya. 

    Di sisi lain, aku juga merasa senang melihat update dari mereka. Kau tahu rasanya ketika seseorang yang kau kenal tiba-tiba berhenti update di akun medsos mereka? Awalnya biasa saja. Namun, bisa jadi kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kau tidak berpikir bahwa kenalanmu itu tidak lagi eksis di dunia? Atau dengan kata lain meninggal dunia. Tentunya tidak. Orang mana yang menginginkan kenalannya meninggal dunia.

    Akan tetapi, kenyataanya bisa begitu. Beberapa bulan yang lalu, aku dikabari bahwa ada satu kenalanku yang meninggal dunia. Hmmm, aku tidak menyangkanya. Aku kaget karena ia masih chattingan denganku di Bulan Desember. Aku stalking akun medosnya dan mendapati bahwa Bulan Januari masih update. Namun, di bulan-bulan berikutnya, ia tak lagi tampak di medsos manapun. Update-nya berhenti. Menandakan bahwa ia benar-benar meninggal dunia. Aku sangat sedih karena baru mendengar kabarnya setelah sekian lama dan itu berupa kabar duka yang kudengar, bukan kabar baik.

    Kemudian, aku berpikir bahwa semua kenalanku pasti akan mengalaminya. Tinggal menunggu waktu saja. Mereka dahulu atau aku dahulu yang akan padam api lilinnya. Aku berusaha memanfaatkan lilinku yang tersisa untuk mengabarkan pada seseorang jika aku masih eksis. Aku berharap kenalanku melakukan hal yang sama sepertiku. Mengabarkan kepada dunia bahwa mereka masih eksis. Mengapa? Pastinya aku tidak bisa menanyai kabar mereka satu-satu. Jadi, lebih mudah jika mereka mengabarkan kabar mereka sendiri, sekadar update status wa. Rasanya seperti itu sudah cukup. 

    Aku berada di antara sedih dan senang ketika melihat update dari kenalan-kenalanku. Aku melakukannya berulang kali. Aku terus melakukannya. Aku akan terus melakukannya sampai padam api lilinku. Long live for all! 👊🏻

    Oh, sudah hampir jam empat. Bye! 

Komentar

Baca Juga