Hari 15 ~ Kursi
sumber: pixabay.com |
#30DaysWritingChallenge
Ini adalah tulisan kelima belas di 30-Day Writing Challenge dengan topik kursi.
Tak ingin kah kau duduk di sampingku ~
Kalimat tanya retoris di sebuah lagu lawas yang sangat memorable bagiku. Ya, bermula pada zaman boomingnya NDX A.K.A Familia dengan lagu-lagu keren yang dibawakannya. Baik lagu sendiri, maupun lagu hasil cover milik penyanyi lain.
Kalimat tanya retoris itu berasal dari penggalan lagu Antara Benci dan Rindu ciptaan Obbie Messakh. Lagu ini bercerita tentang seseorang yang bingung dengan perasaannya sendiri terhadap kekasihnya yang kini jauh darinya. Ia merasa bingung ingin rindu atau benci kepada kekasihnya. Benci tapi rindu jua, memandang wajah dan senyumnya yang begitu menyenangkan hati. Rindu tapi benci jua, bila ingat kekasihnya telah menyakiti hati. Pokoknya dia sangat bingung sampai matanya menangis.
Dalam benakku, saat mendengar lagu itu, sang pelantun lagu sedang hujan-hujanan sembari duduk di sebuah bangku atau kursi. Dia duduk sendirian tanpa ada yang menemani. Melamun, memikirkan sang kekasih hati. Dia semakin larut dalam kesedihan sampai berharap kekasihnya bisa mendengar apa yang ia katakan di dalam hati. Dia bertanya pada kekasihnya melalui isi hatinya, tentu tidak akan terdengar oleh kekasihnya. Dia hanya ingin bertanya. Salah satu yang dia tanyakan adalah, "Yang, tak ingin kah kau duduk di sampingku?"
Uh, pas sampai lirik itu aku merasakan getaran yang sangat kuat mengguncang jiwa dan raga. Sangat berkesan. Gambaran suasananya persis seperti gambar tulisan ini. Banyak daun bertebaran dan kursi panjang yang muat diduduki dua orang. Kondisi paling nyaman yang belum pernah aku rasakan. Tempat-tempat seperti itu aku tidak tahu ada di mana. Kursi panjang, daun bertebaran, suasana musim gugu, mungkin di luar negeri. Duduk di kursi itu bersama wanita pujaan hati yang entah sekarang di mana. Duduk berdua tanpa membicarakan apapun sepertinya sudah cukup. Nyaman dalam diam dan saling memandangi satu sama lain. Tertawa dan tersenyum tanpa berucap sepatah katapun.
Kursi yang kami duduki akan menjadi saksi kisah cinta kami berdua. Kursi yang juga sekaligus menjadi harapan di masa kemudian bahwa kami perlu duduk berdua bersama saling memandang mata.
Yea, tidak ada seorang pun yang tahu.
| Tulisan ini adalah salah satu tulisan dari #30DaysWritingChallange yang aku tulis untuk menantang diri sendiri menulis 30 hari berturut-turut sesuai topik yang sudah ditentukan.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!