Hari 2 ~ Pensil

 

sumber: pixabay.com


#30DaysWritingChallenge

Ini adalah tulisan kedua di 30-Day Writing Challenge dengan topik pensil.

Pernah terpikirkan tidak jika sebuah pensil bisa bicara, kalimat apa yang akan ia ucapkan? Pastinya tergantung dengan bagaimana pensil itu diperlakukan oleh penggunanya.

Aku tipe pengguna pensil yang biasa-biasa saja. Tidak terlalu buruk dan tidak terlalu baik dalam memperlakukan pensil. Aku pernah membuatkan tutup untuk pensil-pensilku menggunakan kertas yang dibentuk sedemikian rupa. Tujuannya supaya ujung pensil tidak tumpul karena bergesekan dengan dunia luar. Menurutku itu perlakuan yang baik terhadap pensil.

Di lain sisi, aku juga sering barbar dalam menggunakan pensil. Khususnya, ketika mengerjakan persoalan matematika. Sebelum mengerjakan, aku mempersiapkan pensil-pensilku dengan cara merautnya sampai runcing. Biasanya, kupersiapkan tiga sampai empat pensil sekali mengerjakan satu set soal matematika. Kenapa perlu banyak? Karena pensil runcing itu mudah patah. Istilah Jawanya, bujel. Aku tidak punya waktu meraut pensil tersebut. Ketika pensil yang kugunakan patah di tengah pengerjaan, aku langsung menyingkirkannya dan mengambil pensil yang baru, yang masih runcing. Sering kali, pensil yang yang kusingkirkan itu terjatuh dari meja ke lantai dan menggelinding sampai entah kemana. Aku tidak sempat mencarinya. Kemudian, sewaktu pengerjaan sudah selesai, aku mencari pensil itu dan kudapati pensil itu telah hilang bak ditelan bumi.

Maafkan aku, pensil. Aku mengabaikanmu ketika kamu pergi dan sekarang aku merasa kehilangan terhadapmu. Jika kamu masih merajuk, tidak apa-apa, itu wajar. Namun ingat, aku masih membutuhkanmu di pengerjaan soal matematika berikutnya dan kuharap kamu menyadari hal itu.

Hahaha, pensil-pensilku yang hilang itu belum kembali sampai sekarang. Paling sudah dihak milik oleh orang lain. Tidak apa-apa, itung-itung bersedekah.

Dari hal tersebut, tampak bahwa kadang aku merewat pensil dan kadang aku tidak merawat pensil. Aku ceroboh. Apabila dihitung-hitung, sepertinya ada sampai ratusan pensil yang sudah hilang dari genggamanku. Paling tidak sampai ukuran panjang setengah dari semula, pensil-pensilku sudah hilang ditelan bumi. Jika bisa bicara, pensil itu pasti akan mengutukku karena aku tidak merawat barang-barangnya dengan baik. 

Oh iya, aku lebih suka menggunakan pensil mekanik daripada pensil kayu. Tidak hanya karena pensil mekanik tanpa susah payah perlu diraut, tetapi juga karena pensil mekanik menghasilkan tulisan yang lebih rapi daripada pensil kayu.

Cerobohnya lagi, pensil mekanik yang belum lama kubeli sekarang sudah raib entah di mana. Padahal aku hanya memakainya di meja belajar. Tidak di lain tempat. Jika terjatuh pun, menggelindingnya pasti di sekitar meja belajar. Ah, kemungkinan besar tersapu saat bersih-bersih. Aku tidak tahu.

Aku bertanya pada diriku sendiri. Mau sampai berapa pensil lagi kau akan menghilangkannya?


| Tulisan ini adalah salah satu tulisan dari #30DaysWritingChallenge yang aku tulis untuk menantang diri sendiri menulis 30 hari berturut-turut sesuai topik yang sudah ditentukan. 

Komentar

Baca Juga