Hari 3 ~ Gelas
sumber: pixabay.com |
#30DaysWritingChallenge
Gelas.
Aku jadi teringat temanku yang bernama Huda. Nama panjangnya Syamsul Huda. Eh, salah sepertinya. Nama panjang Huda siapa ya? Emmm, ohh Misbahul Huda. Dulu, aku sempat mengartikan nama panjang Huda ke dalam bahasa Indonesia. Misbah itu artinya lampu, Huda itu artinya petunjuk. Jadi Misbahul Huda artinya lampu petunjuk. Alhamdulillah aku masih bisa mengingatnya.
Yang kuingat dari Huda adalah perkataannya. Yaitu perkataannya perihal topik kali ini. Ia pernah mengutarakan pendapatnya tentang gelas ketika kami hendak minum dan berdiri di depan dispenser.
Sebelum menuju ke pendapat Huda tentang gelas, sebaiknya kuceritakan kejadian beberapa saat sebelumnya. Waktu itu, aku masih duduk di bangku MTs dan kebetulan Huda adalah teman asramaku. Ia masuk asrama ketika kelas delapan sedangkan aku sejak kelas tujuh. Jadi, berdasarkan waktu masuk, aku lebih senior di asrama daripada Huda. Pastinya, aku lebih memahami bagaimana sistem dunia perasramaan bekerja daripada Huda. Pikirku, aku bisa memberitahu Huda apa-apa budaya yang ada di sini dan Huda akan menurut-menurut saja. Salah satu budaya tersebut adalah menggunakan gelas di dispenser secara bersama-sama karena dengan begitu, kami tidak payah mencuci gelas berkali-kali.
Pukul tiga sore, para anak-anak asrama pulang dari kelas masing-masing. Di sana, termasuk aku dan Huda. Huda masuk asrama langsung meletakkan tasnya, lalu melepas baju sampai bertelanjang dada. Ia haus dan segera menuju dispenser. Aku sudah tiba di depan dispenser sebelumnya dan melihat dada Huda yang sedikit kotak-kotak. Aku meletakkan gelas di depan dispenser setelah kugunakan gelas itu untuk meneguk segelas air putih. Huda datang sembari membawa gelas baru yang ia ambil dari rak gelas. Aku langsung bertanya padanya, "Mau buat apa gelas itu?" Kami melakukan konversasi pendek dan berujung Huda mau menurut dengan budaya asrama yang sudah aku jelaskan panjang lebar. Setelah menengguk segelas air putih itu lah pendapatnya tentang gelas keluar.
"Apakah kamu tahu, kita telah melakukan jion (ciuman) secara tidak langsung karena bekas bibirmu yang ada di gelas ini bertempelan dengan bekas bibirku yang juga ada di gelas ini."
Aku langsung tertegun mendengarnya. Aku tidak akan lupa dengan perkataan Huda yang itu karena sangat menancap ke relung hatiku. Aku telah jion secara tidak langsung dengan Huda. Begitu pun dengan anak asrama lain yang bekas bibirnya ada di gelas tersebut. Kami semua telah jion secara tidak langsung.
Peristiwa tersebut juga membuatku mengerti bahwa ada istilah "jion secara tidak langsung" di dunia ini. Terima kasih aku ucapkan kepada Huda yang telah memberitahuku istilah "jion secara tidak langsung".
Dan aku penasaran, masih ada atau tidak ya budaya memakai gelas secara bersama-sama di asrama? Sudah lama sekali sekarang sejak peristiwa itu. Semoga sudah tidak ada supaya anak asrama terhindar dari perilaku jion secara tidak langsung dengan perantara gelas.
| Tulisan ini adalah salah satu tulisan dari #30DaysWritingChallenge yang aku tulis untuk menantang diri sendiri menulis 30 hari berturut-turut sesuai topik yang sudah ditentukan.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!