Belanja Aman di Marketplace dengan 4R

sumber: pixabay.com

Bayangkan suatu zaman di mana semua hal dapat dilakukan dengan penuh kemudahan. Saat melakukan segala sesuatu, manusia tidak perlu usaha lebih seperti apa yang telah dilakukan manusia selama ini. Kegiatan lapangan yang bersifat repetitif tidak lagi dilakukan oleh manusia. Otomatisasi semakin merajalela di sektor industri, manufaktur, ekonomi, dan sebangsanya. Bahkan, kecerdasan buatan sudah mampu untuk bertindak layaknya manusia pada proses kreatif yang semestinya menjadi ciri khusus manusia itu sendiri. Tak dapat dipungkiri, kini, menulis esai dapat dilakukan secepat kilat hanya dengan menuliskan kalimat “tuliskan esai tentang…” pada sebuah situs kecerdasan buatan—yang tentunya juga dibuat oleh manusia. Kecerdasan buatan tak ada bedanya dengan sebuah mesin pengolah data otomatis. Data-data acak mengenai topik esai tersebut yang tersebar di seluruh dunia melalui internet dapat ditemukan dengan mudah secara otomatis oleh kecerdasan buatan. Data-data acak yang didapat tersebut disusun sedemikian rupa sehingga menjadi informasi penting. Gilanya perkembangan zaman, kecerdasan buatan kini telah mampu mengolah informasi penting tersebut menjadi sebuah rekaman pengetahuan yang dia simpan sendiri di dalam memorinya. Layaknya manusia yang bijak, dia mampu menginterpretasikan pengetahuan tersebut supaya relevan dengan pertanyaan yang ditimpakan kepadanya dan dapat menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sungguh utopis dan terdengar tidak masuk akal. Namun, peristiwa itu benar-benar terjadi.

Kecerdasan buatan tak hanya dikembangkan dalam satu atau dua sektor saja, tetapi terus dilakukan di segala sektor. Bahkan, jika bisa, semua sendi kehidupan manusia harapannya dapat diotomatisasikan menggunakan kecerdasan buatan. Termasuk di sektor ekonomi. Dulu, definisi pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan kegiatan jual beli. Pikiran orang ketika mendengar kata pasar, pasti terbayang suasana hiruk pikuk penjual dan pembeli dalam kegiatan ekonomi tersebut. Namun, dewasa ini, pasar sudah tak lagi merepresentasikan sebuah tempat berbentuk fisik yang nyata. Bahkan, kini, pasar dapat dikunjungi tanpa perlu pergi ke mana pun dan bisa dijangkau kapan pun juga. Inilah pasar, yang saat ini dikenal dengan sebutan Marketplace.

Marketplace merupakan portal atau media berbasis internet yang digunakan untuk melakukan transaksi antara pembeli dan penjual. Teknologi ini merupakan wujud nyata proses otomatisasi di bidang ekonomi. Menurut Yustiani (2017), “Dengan  adanya Marketplace tersebut setiap orang dapat melakukan aktivitas jual beli dengan mudah, cepat, dan murah karena tidak ada batas ruang, jarak, dan waktu.”

Marketplace diminati masyarakat Indonesia karena adanya fasilitas escrow account atau rekening milik marketplace yang digunakan untuk menampung pembayaran dari pembeli sehingga pembeli tidak perlu merasa khawatir akan risiko tidak menerima barang yang dibelinya. Sebab, uang yang dibayar oleh pembeli akan ditampung di rekening milik marketplace terlebih dahulu dan akan dibayarkan ke merchant ketika pembeli mengonfirmasi penerimaan barang yang dibelinya. Apabila pembeli tidak menerima barang yang dibelinya, uang pembeli yang sudah dibayarkan akan ditransfer kembali oleh marketplace online kepada pembeli.

Minat masyarakat Indonesia melakukan transaksi jual beli melalui marketplace online pun sangat tinggi sehingga tidak mengherankan apabila terdapat beragam marketplace online di Indonesia. Hari Widowati dalam Databooks mengungkapkan, “Lembaga riset asal Inggris, Merchant Machine, merilis daftar sepuluh negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia. Indonesia memimpin jajaran negara-negara tersebut dengan pertumbuhan 78% pada 2018. Jumlah pengguna internet di Indonesia yang lebih dari 100 juta pengguna menjadi salah satu kekuatan yang mendorong pertumbuhan e-commerce.” Ungkapan tersebut menggunakan kata e-commerce, bukan marketplace. Namun, tak menghilangkan esensinya untuk menunjukkan bahwa penggunaan marketplace ini benar-benar masif. Hingga muncul beberapa marketplace di Indonesia seperti Tokopedia, Olx., Bukalapak, Qoo10 Indonesia, Blanja, Lazada Indonesia, Shopee, FJB Kaskus, Elevenia, Lamido dan lain-lainnya. Selain itu, bertransaksi di marketplace juga dapat dilakukan secara lintas negara. Akibatnya, masyarakat Indonesia juga dapat bertransaksi jual beli melalui marketplace di luar negeri, seperti Alibaba, Amazon, Ebay, dan lain-lainnya.

Menilik beberapa manfaat dari hadirnya marketplace tersebut, sepertinya sudah mampu untuk menjadi alasan kuat perpindahan pangsa pasar dari sistem transaksi konvensional ke sistem transaksi elektronik. Meskipun begitu, sisi gelap marketplace senantiasa mengancam para penggunanya di balik layar dan kenyataan tersebut benar-benar ada. Seringkali ditemui pengguna marketplace yang tega memberikan rating buruk kepada sebuah toko di marketplace karena memang pelayanan toko tersebut kurang memuaskan. Terutama pada pengiriman barang pesanan yang tidak sesuai dengan keinginan pembeli. Pemberian rating tersebut sangatlah berpengaruh terhadap rata-rata rating toko yang akan dimunculkan di bagian keterangan toko. Selain itu, penipuan juga bisa terjadi apabila tidak cerdas dalam memilih toko di marketplace. Kemudahan dalam pembuatan toko di marketplace menjadi salah satu faktor kemunculan toko abal-abal yang sering menipu pelanggan. Sebenarnya, marketplace telah menyediakan fitur aduan pengguna dan pelaporan terhadap toko-toko nakal tersebut. Namun, seperti halnya istilah pepatah, “Mati satu, tumbuh sepuluh ribu”. Meski sudah dibasmi, toko-toko nakal lain masih tetap terus bermunculan.

Setiap tindakan pasti akan memiliki risiko masing-masing, termasuk menggunakan marketplace dalam bertransaksi. Manusia diberi pikiran untuk mengatur strategi bagaimana cara supaya peluang risiko tersebut untuk terjadi dapat sekecil mungkin. Bahkan, harapannya nilai peluang tersebut bisa sama dengan nol. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi 4R (Research, Recheck, Rethink, Resume).

Research

Strategi yang pertama adalah research. Jika dilihat dari artinya, research berarti mencari kembali. Suatu masalah terjadi ketika ada perbedaan antara keinginan dan kenyataan. Dalam kasus ini, pencarian kembali yang dimaksud adalah pencarian kembali selisih yang hilang antara keinginan dan kenyataan. Pengguna marketplace menginginkan suatu produk dengan kualitas bagus, harga murah meriah, dan dari toko yang terpercaya. Pada kenyataannya, yang pertama kali dilihat pengguna adalah ratusan bahkan sampai ribuan produk sejenis yang belum tentu sesuai dengan kriteria yang pengguna inginkan. Research dilakukan untuk menemukan sebiji beras Pandan Wangi di antara lautan luas beras jatah yang tentu kualitasnya di bawah rata-rata. Istilahnya seperti itu. Pencarian suatu produk tersebut didasarkan pada kriteria indikator yang telah pengguna tentukan. Apabila tidak menemukan yang diinginkan, setidaknya dapat memilih produk yang paling baik di antara produk yang buruk. Research ini menghindarkan pengguna dari bertindak asal pilih. Research dilakukan juga untuk mengumpulkan informasi lengkap terhadap produk yang dicari. Sejalan dengan pernyataan ahli ilmu statistika, Asra (2014), yang berbunyi, “Informasi statistik yang disajikan tidak secara menyeluruh (komprehensif), atau dengan kata lain informasi yang tidak lengkap (“incomplete information”), bisa menyesatkan. Lihatlah sebuah mata uang dari dua sisinya. Akan tetapi, informasi yang tidak lengkap adalah lebih baik daripada tidak ada informasi sama sekali.”

Recheck

Strategi kedua yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah Recheck. Recheck dalam bahasa Indonesia berarti periksa ulang. Pemeriksaan ulang dalam berbelanja di marketplace menjadi tahapan yang sangat penting untuk dilakukan pembeli sebelum memfiksasi pembelian barang. Ketika pembeli memutuskan untuk membeli suatu barang di toko yang sudah ditetapkannya, biasanya pembeli akan memasukkan barang dari toko tersebut ke keranjang. Fitur keranjang ini berperan layaknya keranjang belanja apabila dianalogikan dengan pasar berbentuk fisik yang kita kenal. Pembeli dapat memeriksa kembali item-item yang telah ada di keranjang marketplacenya sebelum memutuskan untuk melakukan check out hingga pembayaran. Hal ini dilakukan demi memastikan kembali bahwa pembeli memang betul-betul yakin dengan barang dari toko yang dipilih tersebut. Mengingat begitu banyak toko dengan produk sejenis yang tersaji dalam marketplace. Oleh karena itu, tahapan Recheck ini mengambil peran yang besar dalam langkah cerdas berbelanja di marketplace.

Rethink

Selanjutnya adalah strategi yang ketiga. Tidak lain dan tidak bukan, yaitu rethink. Rethink diartikan sebagai memikirkan kembali. Pengguna yang telah melakukan research dan recheck melanjutkan strateginya ke strategi rethink. Tujuan rethink ini adalah mengontrol kondisi psikologis pengguna supaya tidak terjebak dengan asumsi-asumsi salah yang barangkali masih ada pada pikiran pengguna. Untuk lebih mempermudah, akan ditampilkan suatu contoh ketika pengguna membeli suatu produk di marketplace. Pada awalnya, pengguna telah memutuskan hendak membeli produk A dengan pertimbangan matang-matang berdasarkan kriteria indikator produk yang diinginkan. Pengguna juga telah memastikan semuanya betul-betul sesuai dengan apa yang diinginkan. Tahap terakhir tinggal check out dan pembayaran. Namun, sebelum itu, strategi rethink perlu diterapkan untuk menguji keesensian dari produk yang akan dibeli oleh pengguna. Proses ini cukup memakan banyak waktu. Pengguna dapat menahan produk di dalam keranjang dan membiarkannya untuk beberapa jam sampai beberapa hari. Apabila keinginan untuk membeli barang tersebut masih ada, berarti pengguna memang benar-benar membutuhkan barang tersebut. Strategi ini dapat menghindari pengguna dari rasa penyesalan terhadap pembelian produk. Barangkali nanti menemukan produk lain yang lebih sesuai atau ternyata pembelian produk tersebut hanya dibeli karena untuk cuci mata belaka.

Resume

Strategi terakhir adalah resume. Resume diartikan sebagai rangkuman dari segala informasi yang ada terkait produk. Resume bisa dilakukan dengan memperhatikan informasi pada tampilan marketplace sebelum melakukan check out. Setelah tahap resume selesai, pengguna dapat langsung checkout dan melakukan pembayaran. Pengguna tinggal menunggu produk pesanan diantarkan dengan selamat sampai ke tangan pengguna. 

Strategi 4R (Research, Recheck, Rethink, Resume) merupakan bentuk aplikatif dari konsep kegiatan literasi digital. Literasi digital ini perlu dilakukan supaya tidak tersesat oleh banyaknya informasi yang ada sekarang ini. Salah satunya dapat dilakukan pada sektor ekonomi, yaitu kegiatan transaksi ekonomi dan jual beli yang dilakukan di marketplace. Pola pikir dengan strategi 4R selain dapat memperkecil peluang terjadi risiko kerugian dalam penggunaan marketplace, juga dapat mengamankan uang pengguna dari pembelian produk-produk yang kurang bermanfaat. Dengan begitu, strategi 4R dalam belanja di marketplace sudah sepatutnya untuk diterapkan oleh semua kalangan. 

Komentar

Baca Juga