Perfeksionis

PEH

Wkwkw awalan yang sangat mantap dan terinspirasi dari bunyi-bunyian warga Kediri Raya. Akhir-akhir ini entah kenapa suka pakai bunyi-bunyian itu. PEH! wkkwkkww.

Malam ini sebenarnya saya ada tanggungan tiga tugas mata kuliah, ada data mining, teknik komunikasi, dan analisis data kependudukan. Tugas data mining yaitu mengerjakan soal penerapan model korelasi apriori atau apalah itu. Kemudian tugas teknik komunikasi yaitu membuat teks berita dengan tema data pariwisata pariwisata rilisan dari Berita Resmi Statistik BPS. Sementara itu, tugas mata kuliah analisis data kategorik yaitu membuat latar belakang masalah terkait isu pengangguran. Beberapa sudah dicicil sih, jadi ya tinggal finishing.

Masalahnya saya belum ada semangat buat melanjutkannya, hehe.

Sementara mau nulis dulu di sini. Barangkali nanti kalau capek ngoceh, bisa balik ke topik yaitu nugas.

Tapi kalau dipikir-pikir kok tugasnya bisa buanyak banget ya? Atau sebenarnya tugasnya sedikit, cuman karena tidak segera dikerjakan jadi menumpuk dan memberikan efek banyak yang semu. Salah saya sendiri sih. Seharusnya memang tugas itu segera dikerjakan. Namun, masalahnya sama seperti tadi, saya belum ada semangat buat melanjutkannya, hehe.

Pepatah juga mengungkapkan bahwa tugas yang baik adalah tugas yang selesai. Pepatah tersebut tampak tak berlaku bagi beberapa orang, khususnya penganut madzhab/aliran/golongan perfeksionis. Sesuatu yang dilakukannya harus dan wajib sempurna, baik dari segi tampilan, maupun bukan tampilan, baik dari lahir, maupun batin. Tidak ada celah untuk dihujat, dikritik, dan dihina. Sempurna luar dan dalam. Bagi orang-orang seperti ini, prinsip dari pepatah yang mengungkapkan bahwa tugas yang baik adalah tugas yang selesai hanya sebuah bullshit atau omong kosong. Seharusnya tugas yang baik adalah tugas yang selesai ditambah sempurna dalam pengerjaannya. Hal tersebut memang bagus. Apalah kuantitas jika barang yang dihasilkan tidak berkualitas. Namun, dibalik hal yang bagus, terdapat penderitaan atas rasa yang menyiksa. Menjadi perfeksionis sangat menyiksa, kawan. Rasa-rasanya, semua hal di dunia ini tak ada yang bisa dengan mudah memuaskanmu. Ada tiang yang tidak lurus, ada roti yang miring sebelah, ada barisan parkir yang tidak sejajar, semua itu sangat menggemaskan bagi mereka dan sangat berkeinginan untuk membenarkannya. Sementara bagi orang yang tidak perfeksionis, hal-hal seperti itu tidak mengganggu hidup mereka dan bisa menikmati hidup dengan lebih santai. Miring dikit? Ya biarlah wkwkwk. Salah dikit nulisnya? Ya biarlah wkwkwk.

Enjoy Living.

Saya ada punya banyak teman yang saya kira mereka adalah golongan penganut sistem perfeksionis. Salah satunya bisa tampak dari tulisan catatan saat mereka mendengarkan guru atau dosen. Mereka sering kali tampak membuat catatan serapi mungkin dan seindah mungkin dengan polesan pensil warna-warni yang sering mereka katakan itu sebagai teknik lettering. Secepat apapun guru atau dosen menjelaskan di depan kelas, hebatnya mereka tetap bisa mengikuti dengan baik dan tentunya mencatat dengan indah pula. Luar biasa, saya yakin saya tidak bisa melakukan hal tersebut. 

Orang-orang semacam mereka menuntut dan menjunjung tinggi kerapian. Berbanding 180 derajat dengan saya. Eh, sebenarnya saya suka kerapian, tetapi kalaupun tidak rapi juga tidak apa-apa. Saya merasa "doesn't matter" terhadap hal tersebut. Rapi sesekali, berantakan juga sesekali. Hidup seimbang.

Meskipun begitu, hari ini saya belajar untuk sesuatu itu harus dikerjakan dengan rapi. Misalnya saat menata dan memasang kabel-kabelan. Memasang kabel-kabelan ternyata tidak sembarangan. Jika kabel dipasang sembarangan, kabel bisa rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Apalagi kabel itu adalah properti  yang bukan milik kita. Terutama kabel yang menyambungkan video, lebih rentan atau lebih ringkih ketimbang kabel yang menyambungkan suara. Biasanya kabel yang menyambungkan suara lebih bandel atau bahasa mudahnya adalah lebih kuat dan tahan lama. Survival ratenya cukup tinggi.

Sepertinya memang rapi itu perlu.

Hari ini lumayan seru dan alhamdulillahnya bisa terlewati dengan terseok-seok. Dari ngurus final cerdas-cermat sampai nugas teknik komunikasi di kopi kenangan. Yea, americanonya sangat pahit wkwkwkw. Kacau dah, mending minum kopi good day cooling.

gambar kucing ngantuk



Komentar

Baca Juga