Racun dan Harta Karun Putri Adiwiya
Di sebuah kerajaan yang terletak di kaki gunung, hidup seorang pangeran muda bernama Raditya. Ia adalah anak tunggal Raja Anindra dan Ratu Mahesa, yang terkenal bijaksana dan adil. Meskipun kehidupan di istana begitu mewah, Raditya merasa ada sesuatu yang kurang. Ia selalu merasa ada misteri yang belum terpecahkan di balik sejarah keluarganya, sebuah rahasia yang tersembunyi jauh di dalam tanah kerajaan.
Suatu hari, ketika Raditya sedang berkeliling ke pedesaan di luar istana, ia mendengar kabar aneh dari seorang petani tua bernama Pak Samsul. Pak Samsul mengaku menemukan sebuah benda kuno di ladangnya yang terletak di luar batas kerajaan. Benda itu, katanya, memiliki kekuatan yang luar biasa. Penasaran dengan cerita itu, Raditya memutuskan untuk mengunjungi ladang Pak Samsul dan melihatnya sendiri.
Saat mereka tiba di ladang yang dimaksud, Pak Samsul membawa Raditya ke sebuah lubang di tanah yang baru digali. Di sana, tergeletak sebuah kotak kayu tua yang tampaknya telah terkubur selama berabad-abad. "Ini dia, Tuanku," kata Pak Samsul dengan suara bergetar. "Saya temukan ini saat menggali tanah. Saya rasa ini sangat penting."
Raditya membuka kotak itu dengan hati-hati. Di dalamnya ada sebuah gulungan peta kuno, sejumlah koin emas yang telah berkarat, dan sebuah botol kecil yang berisi cairan hijau berkilau. Begitu botol itu dibuka, aroma tajam dan busuk langsung menyeruak ke udara, membuat Raditya terbatuk. "Ini... racun?" gumamnya, mencium bau yang menyengat.
Pak Samsul mengangguk perlahan. "Ya, Tuanku. Itu adalah racun dari zaman kerajaan kuno. Racun ini digunakan untuk membunuh seorang putri yang sangat cantik dan bijaksana, yang pada akhirnya membawa kehancuran bagi seluruh kerajaan. Konon, harta karun besar milik kerajaan itu disembunyikan bersamaan dengan racun ini."
Penasaran, Raditya meminta Pak Samsul untuk menjelaskan lebih lanjut. Ternyata, cerita yang tersembunyi di balik racun dan harta karun itu sangatlah gelap. Dulu, pada masa kerajaan yang sangat kuat, ada seorang putri bernama Putri Adiwiya, yang dikenal karena kecantikannya dan kebijaksanaannya. Namun, karena persaingan politik dan perebutan tahta, ia diracun oleh saudara kandungnya sendiri, yang ingin merebut tahta dan harta kerajaan. Sebelum kematiannya, Putri Adiwiya menyembunyikan seluruh kekayaan kerajaan di sebuah gua yang terletak jauh di dalam hutan, dan satu-satunya petunjuk yang tertinggal adalah peta kuno ini. Namun, siapa pun yang mencoba mencapainya akan mati terkena racun yang sangat mematikan.
Raditya merasa tergugah oleh kisah tragis itu. Ia merasa bahwa ini adalah takdirnya untuk mengungkap misteri tersebut dan mengakhiri kutukan yang sudah berabad-abad menghantui kerajaan. Bersama Pak Samsul, Raditya bergegas menuju hutan untuk mencari gua tempat harta karun itu tersembunyi.
Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, mereka akhirnya tiba di kaki bukit yang diindikasikan oleh peta. Namun, di sana mereka menemukan sebuah pintu gua yang tertutup rapat. Tertulis pada pintu itu simbol kerajaan yang sudah lama punah, dengan tulisan yang samar-samar terbaca Hanya hati yang murni dapat menembus pintu ini.
Raditya memegang erat harta karun yang ia bawa, serta botol racunnya. Ia merasa, hanya dengan keberanian dan niat baik, ia bisa mengungkap misteri ini. Dengan cangkul yang ia bawa, ia mulai menggali tanah di sekitar pintu gua itu, berharap menemukan cara untuk membuka jalan. Tak lama setelahnya, sebuah suara halus terdengar dari dalam gua, seolah menjawab panggilan hatinya.
"Siapa yang berani mengganggu kedamaian yang telah lama terjaga?" suara itu datang dari dalam kegelapan gua.
Raditya melangkah maju dengan keyakinan. "Aku adalah Pangeran Raditya, keturunan kerajaan yang hilang. Aku datang untuk mengungkap kebenaran dan menghentikan kutukan ini."
Tiba-tiba, dari kegelapan, muncul sosok wanita yang sangat cantik, mengenakan gaun biru laut yang berkilauan, dengan wajah yang penuh kesedihan. "Aku adalah Putri Adiwiya," katanya dengan suara lembut, "dan aku adalah penjaga harta yang terkutuk. Hanya mereka yang memiliki hati yang murni dapat mencapai tempat ini. Namun, mereka yang tamak akan menemui ajal."
Raditya tertegun, menyadari bahwa wanita di hadapannya bukanlah sosok manusia biasa, melainkan roh yang terperangkap dalam kutukan. Putri Adiwiya mengisahkan bagaimana kerajaannya hancur akibat persaingan internal, dan bagaimana ia mati dengan tragis, bersama dengan harta karun yang kini tersimpan dalam gua ini. Racun yang ditemukan oleh Raditya adalah racun yang dulu merenggut nyawanya, dan kini ia terperangkap di dalam gua ini sebagai penjaga abadi.
"Jika kalian berniat mengambil harta ini," ujar Putri Adiwiya, "maka kalian harus bersedia menghadapi kutukan yang akan mengikutimu seumur hidup."
Raditya mengangkat kepala dan menatap dengan teguh. "Kami tidak ingin harta ini untuk kami. Kami hanya ingin membebaskanmu, agar kutukan ini berakhir."
Putri itu menatapnya dengan mata penuh harapan. "Hanya dengan menghancurkan botol racun ini, kutukan itu dapat terlepas. Hanya dengan itu, aku bisa pergi."
Raditya, yang merasa kasihan dan iba, memecahkan botol racun itu dengan tegas. Cairan hijau yang berkilauan tumpah ke tanah, dan dalam sekejap, seluruh gua terang benderang dengan cahaya putih yang menyilaukan. Putri Adiwiya menghilang perlahan, dan suara lembut terakhirnya terdengar di udara "Terima kasih, Pangeran Raditya... akhirnya aku bebas."
Dengan menghilangnya kutukan itu, seluruh harta karun kerajaan yang hilang pun terungkap. Namun, Raditya memutuskan untuk tidak mengambilnya. Sebaliknya, ia menyumbangkan seluruh kekayaan tersebut untuk kesejahteraan rakyatnya, mengingat bahwa harta sejati adalah kedamaian dan kebahagiaan rakyat, bukan kekayaan yang terkubur di dalam tanah.
Setelah kembali ke istana, Pangeran Raditya menjadi raja yang adil dan bijaksana. Kerajaan yang pernah hampir hancur itu kini bangkit kembali, dan kisah tentang Putri Adiwiya menjadi legenda yang diwariskan turun-temurun, mengingatkan bahwa kebaikan hati akan selalu mengalahkan kutukan yang paling gelap sekalipun.
Komentar
Posting Komentar
silakan berkomentar!